Penulis : Indian Saputra
(Menteri Polprokastrat BEM UNJA)
Muaro Jambi, Oerban.com – Jika kita berbicara tentang pemuda, kita berbicara tentang rasa, cinta, bahkan kemunduran serta kemajuan suatu bangsa. Dalam sejarah negeri ini masih mencatat perubahan besar yang dilakukan oleh pemuda, 28 Oktober 1928 para pemuda berkumpul mengucapkan ikrar yang membawa semangat untuk menunjukan eksistensi mereka.
Tak lepas dari itu, kemerdekan negeri ini pun tak lepas dari andil besar yang dilakukan para pemuda saat peristiwa Rengasdengklok 16 agustus 1945, yang mengasingkan bung Karno dan bung Hatta agar tidak menerimah hadiah kemerdekan dari penjajah.
Faktor pemuda merupakan wujud kekuatan potensial yang selalu menunjukan kehadiranya dalam setiap peristiwa penting sejarah perjuangan bangsa. Sejarah mencatat bahwa kaum muda juga memiliki partisipasi, peran serta andil besar dalam setiap gerakan politik untuk mencapai cita- cita bangsa dan negara, sebagai contoh tokoh besar negeri ini, bung Karno aktif dalam gerakan politik ketika usianya 16 tahun saat di HBS, dan begitu pula dengan Sultan Syahrir memimpin ” golongan merdeka” saat berusai 23 tahun.
Lalu bagaimana dengan pemuda sekarang, ada ungkapan yang sederhana untuk pemuda sekarang, pertama ada pemuda yang tenggelam dalam genangan air yang tingginya hanya sejengkal, ada pula pemuda yang bilamana pemikirannya dibagikan kepada pemuda yang lain maka akan tercerdaskan.
Pertanyaan nya sekarang kenapa pemuda sekarang tidak sehebat pemuda terdahulu, Sultan Muhamaad Al-Fatih memimpin pasukan pada usia 21 tahun, pemuda terdahulu ditempa dan dibina. Sehingga munculnya gagasan-gagasan yang brilian serta ide- ide yang cemerlang.
Tetapi pemuda yang sekarang, kita seolah- olah di ayun dalam buayan oleh keadaan yang tenang dan tentram, namun pada kenyataan nya tidak demikian, kita di buat buta dengan keadaan.
Kini kita sibuk dengan aktifitas kita, kita buta dan tuli denga negeri ini, kita tidak bicara retorika, tetapi ini fakta, kita tidak lagi berani memperjuangkan hak- hak kita sendiri, kita lebih memilih pasrah, diam lalu berjalan tanpa ada rasa bersalah, jiwa pemuda terdahulu kini sirna di tangan kita, wahai pemuda bangun, jangan sibuk soal cinta, nilai dan kepentingan diri sendiri.
Pemuda sekarang seperti sibuk tak tentu arah dan tujuan, handphone tak lepas dari genggaman, gaya hidup di utamakan, kita terpengaruh oleh media yang tak jelas dan tak mengajarkan arti penting dari pendidikan. Kita selalu sibuk dengan food, fashion, fun, sport, sex, shoping, sing dan sclance.
Terlepas dari semua itu dengan adanya IPTEK, semakin mengembangkan sinergi positif dan kreativitas pemuda hal ini dibuktikan dengan inovasi serta terobosan millenial yang menunjang perkembangan zaman.
Rasa malu seharusnya muncul dalam diri kita terhadap pada pendahulu, namun ini bukan lah akhir masa dari pemuda. Kita dapat merubah paradigma berfikir kita, dan memperbaiki kualitas diri baik akhlak dan ketekunan.
Terakhir pesan singkat, kita pemuda hari ini harus bisa membuktikan bahwa kita akan menjadi penentu peradaban yang akan datang. Dengan mindset tumbuh” Ketika benar-benar sulit, dan saya benar-benar berusaha keras, dan saya dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat saya lakukan sebelumnya.”