Penulis: Siti Aisyah
Pada hakikatnya pendidikan adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk membangun peradaban bangsa melalui membangun manusia. Pendidikan adalah hak setiap manusia yang berfungsi untuk meningkatkan harkat dan martabat. Seiring perkembangan zaman, pendidikan berkembang secara dinamis. Aspek pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Ketika berbicara mengenai kaum perempuan memang sangat menarik dan tidak ada habisnya, karena kaum perempuan mungkin tidak bisa menduduki posisi sebagai “high profile”, tetapi terkait dengan segala isu yang menyangkut perempuan seperti kedudukan, peranan, dan kesetaraannya dengan laki-laki masih menjadi isu yang sangat kontroversial. Sebelum perkembangan abad ke-20 kaum perempuan tidak bisa atau tidak boleh disejajarkan dengan kaum laki-laki dalam hal apapun, khususnya dalam hal pendidikan. Perempuan tidak diperbolehkan untuk memperoleh hak pendidikan dan melakukan interaksi sosial (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2000: V)
Dengan melihat isu atau permasalahan di atas, maka tergugahlah hati beberapa tokoh perempuan salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang perempuan, dan mengubah kedudukannya sejajar dengan laki-laki, terlebih dalam hal perjuangan dan pemikiran R.A. Kartini tentang pendidikan perempuan di Indonesia. Kemudian persamaan derajat yang digagas oleh R.A. Kartini adalah sebuah bentuk emansipasi wanita. Salah satunya bidang pendidikan, dimana perempuan juga seharusnya mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan, hak dalam menuangkan pemikirannya, dan haknya dalam berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat, karena sejatinya manusia adalah makhluk social yang harus saling berinteraksi kepada sesame masyarakat. Cita-cita yang diinginkan R.A. Kartini adalah membangun Sekolah wanita agar wanita mendapatkan pendidikan dengan baik dan layak (Nata, 1997: 9-10)
Profil R.A Kartini
Raden Ajeng Kartini atau biasa disebut Raden Ayu (R.A.) Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia dan beliau juga dikenal sebagai Pelopor Kebangkitan Perempuan Pribumi. Beliau lahir di Jepara, Jawa Tengah 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa tengah 17 September 1904.
R.A. Kartini adalah salah satu tokoh yang berbeda dari beberapa tokoh lainnya, karena dengan keberhasilan dan kegigihannya atau semangat perjuangan emansipasinya dijadikan sebagai bentuk kepahlawanan. Kemudian beliau dikukuhkan sebagai pahlawan Republik Indonesia yang tertera dalam Surat Keputusan Presiden RI Nomor 108 pada tanggal 02 Mei 1964. Sekarang setiap tanggal 21 April atau tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Kartini. Diberikannya gelar tersebut menuai banyak kritik di kalangan masyarakat. Perjuangan Kartini dianggap hanya sebatas perjuangan lokal masyarakat Jawa khususnya Kabupaten Jepara. Namun, Saat ini peran perempuan Indonesia menjadi sangat kompleks, baik dalam kesetaraan pendidikan, ekonomi, budaya, politik, maupun lainnya (Mu’thi, 2002: 54).
Pendapat R.A. Kartini mengenai kaum perempuan mempunyai andil besar dalam memajukan peradaban bangsa bukan hanya sekedar angan-angan kecil namun sebuah cita-cita besar R.A. Kartini, sebab pendapat tersebut telah beliau sampaikan kepada semua sahabat- sahabat penanya (Rifa’i, 2011: 59) antara lain sebagai berikut:
Kartini menyampaikan kepada Nyonya Van Kol. Bahwa pendidikan yang akan diberikan kepada kaum perempuan akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bangsa yang lebih beradab. Menurut beliau, perempuan yang telah berpendidikan akan mampu ikut serta dalam membangun dan mengubah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Beliau percaya bahwa kaum perempuan mampu bekerjasama dan berdampingan dengan kaum laki-laki.
Kartini menyampaikan kepada Tuan dan Nyonya Anton. Apabila kaum perempuan yang telah berpendidikan diikutsertakan dalam melaksanakan pekerjaan, maka beliau percaya kaum perempuan dapat memajukan peradaban bangsa Indonesia dan akan semakin cepat kemajuan bangsa Indonesia.
Kartini menyampaikan kepada Nyonya Abendanon. Pada tanggal 21 Januari tahun 1901, R.A. Kartini menyampaikan surat yaitu: Perempuan sebagai pendukung peradaban! Bahkan tidak hanya perempuan yang akan dianggap pandai dan cakap, tetapi saya yakin dengan sangat bahwa perempuan dapat membawa pengaruh besar atau dampak positif untuk bangsa Indonesia, negative atau positifnya tetap akan memberikan akibat besar bagi kehidupan: Dan dialah yang akan merubah kehidupan dan martabat manusia (R.A. Kartini, 2017: 112).
Dari isi surat di atas dapat diketahui bahwa kaum perempuan mempunyai potensi besar dalam pengaruhnya terhadap kehidupan. Perempuan bukan hanya seorang ibu, tetapi mereka adalah sosok pembawa peradaban dunia. Di dalam suratnya, R.A. Kartini sangat yakin dan sangat tertarik dengan gerakan yang ada di luar Indonesia, yaitu Eropa. Hal ini pula yang menggerakkan hatinya untuk berjuang demi kesetaraan kaum perempuan.
Peran Kartini Untuk Pendidikan
Peran R.A Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia adalah salah satu bukti kepeduliannya dan salah satu contoh kontribusi wanita yang dicetak dengan tinta emas dalam sejarah. Karena perempuan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan, dan perempuan hanya boleh menjadi ibu rumah tangga. berawal dari masalah tersebut timbulah pemikiran-pemikiran R.A. Kartini dan beliau mendobrak kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut dengan mendirikan sekolah khusus wanita dan beliau juga membangun perpustakaan bagi anak-anak perempuan.
Konsep Pendidikan R. A.
Kartini Menurut Kartini pendidikan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk membuka pikiran masyarakat ke arah modern. Pendidikan merupakan suatu langkah menuju peradaban yang maju, dimana laki-laki dan perempuan saling bekerjasama untuk membangun sebuah bangsa. Persamaan pendidikan adalah salah satu bentuk kebebasan kepada kaum perempuan. kebebasan untuk berdiri sendiri, dan menjadi perempuan yang mandiri, menjadi perempuan yang tidak bergantung pada orang lain atau laki-laki (Pane, 2008: 34). Tujuan pendidikan perempuan R.A. Kartini adalah menjadikan kaum perempuan sebagai perempuan yang cakap baik serta mandiri yang sadar akan panggilan budinya, sanggup menjalankan kewajibannya dalam masyarakat. Menjadi ibu yang baik, pendidik yang bijaksana, bertanggung jawab, pengatur rumah tangga yang mampu memegang dan mengatur keuangan. Pendidikan pertama seorang anak berasal dari sebuah keluarga terutama adalah seorang ibu. Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Seorang ibu yang terdidik akan memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya. Dari situlah terbentuk kecerdasan seorang anak (Sutrisno, 2014: 566).
Sekolah Kartini
Sekolah Kartini pertama kali dibuka oleh R.A. Kartini dan Rukmini pada tahun 1903. Sekolah ini dikhususkan untuk para wanita dan diprakarsai oleh R.A. Kartini pada tahun 1903 di kota Jepara. Pada awal berdiri hanya ada 9 orang dan semakin lama muridnya makin bertambah. Materi yang diajarkan berupa membaca, menulis, menjahit, dan lainnya, seperti konsep pendidikan yang digagas oleh R.A. Kartini tanpa melibatkan kurikulum pemerintah, karena tujuannya bukan hanya memberikan pendidikan umum saja, tetapi juga pendidikan budi pekerti. Sekolah R.A. Kartini juga dibuka di Rembang. Sekolah Kartini juga mengajarkan materi agama, karena agama adalah materi dasar yang dijadikan untuk memahami ilmu pengetahuan yang lain. Alasan Kartini mengajarkan materi agama ialah karena agama mempunyai peran yang besar bagi peradaban manusia. Dasar dari pendidikan seorang anak adalah agama yang baik (Mulyohardjo, 2012: 284).
Pada tahun 1904-1914 banyak perubahan salah satunya ialah peraturan kolonial berubah seiring dengan munculnya Politik Etis. Edukasi merupakan suatu hal yang dapat dikatakan memberikan pengaruh besar dan dampak positif meskipun sebelumnya pemberian pendidikan hanya diberikan kepada golongan priyayi dan secara tidak langsung memberi keuntungan kepada pihak kolonial. Salah satu pengaruh atau dampaknya ialah mulai terbukanya jalan untuk pemikiran R.A Kartini. Kartini u ntuk memberikan pendidikan kepada rakyat, khususnya bagi kaum perempuan. Setelah R.A Kartini menikah, akhirnya sekolah Kartini harus dibubarkan karena kekurangan dana finansial. Namun, pada saat R.A. Kartini wafat yaitu pada tahun 1904 diadakan sebuah kegiatan yaitu pengumpulan dana yang nantinya akan digunakan untuk membangun sekolah Kartini. Pada tahun 1913 didirikanlah sekolah Kartini pertama di Semarang dan Jakarta, kemudian disusul sekolah Kartini di beberapa daerah lainnya. Namun, sampai sekarang masih ada sekolah Kartini, yaitu sekolah yang pertama kali berada di Semarang (Eryudhawan, 2015: 2).
Faktor Pendorong
Faktor pendorong R.A. Kartini berawal dari masalah tersebut kemudian munculah seorang Kartini yang memperjuangan hak kaum wanita agar tidak ketinggalan zaman dan dapat berfikiran maju seperti wanita di Eropa yang dapat berfikir lebih maju dan modern dan yang paling penting adalah bisa mengenyam pendidikan yang sesuai. Pada saat kejadian masa itu, terjadi suatu masalah yang sangat signifikan yaitu adanya ketidakadilan yang terjadi pada kaum perempuan, dan masalah itu adalah ketidaksetaraan gender antara perempuan dan laki-laki dalam hal seperti aspek pendidikan, sosial, budaya dan lainnya. Dari situlah sebuah faktor pendorong Kartini ingin mendobrak dan menjunjung tinggi martabat seorang kaum perempuan. Namun, R.A Kartini menyadari bahwa untuk membuat bangsanya untuk maju, khususnya pada kaum wanita, maka beliau belajar dengan jalan belajar dari dunia Barat. Peradaban bangsa Barat yang sangat bagus membuat R.A Kartini lebih semangat untuk belajar demi membebaskan kaumnya dari ketidakadilan dan ketidaksetaraan itu (Kartini , 2017: 51)
Faktor yang mendorong Kartini ingin memperjuangkan hak seorang perempuan adalah membebaskan kaum perempuan dari kebutaan pendidikan dan pengetahuan dengan mendirikan sekolah khusus, agar hak perempuan untuk mengikuti pendidikan setara. Karena para wanita pada zaman itu tidak mendapatkan pendidikan yang layak sehingga wanita tidak berfikiran maju dan hanya mengandalkan sebuah adat istiadat yang di anut oleh para kaum pribumi. R.A. Kartini dijadikan sebagai pahlawan bangsa Indonesia dilatar belakangi oleh factor factor pendorong Kartini yang salah satunya adalah ingin memperjuangkan hakhak wanita seperti pendidikan dan pemikiran-pemikira perjuangan terhadap kaumnya, yaitu kaum wanita.
Kedudukan Perempuan Pada Masa Sebelum dan Sesudah Masa Kartini
Secara lebih jelas kedudukan perempuan pada masa dan sebelum R.A. Kartini dapat dijabarkan pada masa sebelum dan sesudah masa Kartini. Pada masa sebelum R.A. Kartini tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, bahkan tidak diperbolehkan untuk bersekolah. Adanya perbedaan antara kaum wanita dan kaum laki-laki dengan ketidakadilan gender yang berdampak pada perempuan seolah olah perempuan tidak mempunyai peran penting dan hanya dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Ketika usia 10 atau 12 tahun kaum perempuan sudah dinikahkan. Sesudah masa Kartini Kaum wanita Sudah bebas dan diperbolehkan bersekolah. Adanya kesetaraan antara kaum wanita dan kaum laki-laki. Perempuan tidak dituntut batasan usia untuk menikah.