Kota Jambi, Oerban.com – Sebagai sebuah kontestasi politik, ajang pemilihan kepala daerah tak hanya dimaksudkan sebagai arena pertarungan partai politik, lebih dari itu, ada amanat rakyat yang harus diakomodir dalam berbagai aspek, begitu pula dengan pilkada Jambi tahun 2020 ini. (25/11/2020)
Jika dilihat dari segi persebaran partai, pilkada Jambi tahun ini dapat saja dikatakan sebagai kontestasi yang cukup berimbang, sebab, tidak ada satu Paslon yang meraup jumlah partai paling dominan, sebaliknya, persebaran partai menjadi lebih luwes dengan tingkat persentase persebaran yang berbeda.
Pada pasangan nomor urut satu, Cek Endra dan Ratu Munawaroh, diusung oleh partai PDIP dan Golkar yang sama-sama memiliki basis cukup besar di Provinsi, meskipun hanya berdiri sebagai ganda pada kontestasi ini. Di sisi lain, Paslon nomor urut dua, Fachrori Umar dan Syafril Nursal berdiri dengan dukungan partai Demokrat, Gerindra, dan Hanura. Serta pasangan nomor urut tiga, Al-Haris dan Sani yang memboyong partai PKS, PKB, PAN, dan PKP. Dari keseluruhan dukungan partai yang ada, ketiga calon jelas memiliki basis massa yang hampir sama kekuatannya. Namun, apakah hal ini berlaku untuk segala aspek, tampaknya masih perlu ditinjau ulang.
Perempuan dan pilkada Jambi
Dilihat dari sejarahnya, sejak masa keresidenan hingga provinsi seperti sekarang, tanah sepucuk Jambi sembilan lurah ini memang belum pernah dipimpin oleh seorang perempuan. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi, termasuk kultur budaya dan aspek kepercayaan masyarakat. Meskipun telah dibakukan aturan 30% kuota untuk perempuan di parlemen, namun, hal ini nyatanya tak menjamin perempuan berdiri sebagai pucuk pimpinan kepala daerah.
Di pilkada Jambi tahun ini kita dapat melihat, satu-satunya perempuan yang ikut berkompetisi. Meskipun hanya didapuk sebagai calon wakil gubernur, hal ini sebenarnya cukup melegakan bagi kaum perempuan. Sebagai perwakilan entitas perempuan, Ratu Munawaroh terlihat membawa spirit perempuan dalam kampanyenya.
Meskipun begitu, apakah hal tersebut turut serta membawa suara perempuan adalah hal yang lain. Provinsi Jambi memiliki catatan cukup buruk untuk kasus kekerasan terhadap perempuan, disusul tingginya angka stunting, anak putus sekolah, hingga nasib buruh perempuan yang terabaikan. Hal ini agaknya yang perlu menjadi pertimbangan utama sebagai perwakilan keresahan perempuan Jambi.
Beberapa media meramalkan hadirnya Ratu Munawaroh di pilkada Jambi sebagai penyeimbang 2 paslon petahana yang berkompetisi. Setelah turun gunung dari posisinya sebagai DPR-RI, dengan membawa suara dari perempuan, serta statusnya sebagai istri Alm. Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin, akankah Ratu mampu menyentuh suara kaum perempuan masih perlu diuji kebenarannya.
Sebab, dari pantauan penulis, setiap paslon yang berlaga, memiliki jejaring khusus bagi para Perempuannya. Sebut saja Kartini Fachrori, sebagai sebutan untuk kaum ibu-ibu pendukung Fachrori – Nursal. Srikandi CE, sebutan para perempuan pendukung Cek Endra dan Ratu Munawaroh. Serta tim perempuan bagi pendukung Al-Haris dan Sani. Para tim inilah seyogianya yang bertarung, memenangkan hati kaum perempuan untuk memilih Paslon mereka.
Adanya perempuan di balik tim pemenangan setiap paslon tersebut menandakan, perjuangan perempuan memiliki eksistensinya dan daya jualnya tersendiri.
Penulis: Novita S
Editor: Renilda PY