Aceh, Oerban.com – Penyuluh pertanian Kecamatan Baitussalam melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada kelompok tani Beusejahtera yang membudidayakan bawang merah di Desa Lampineng.
Kementerian Pertanian senantiasa mendorong petani untuk mengembangkan budidaya bawang merah di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini untuk terus menjaga ketersediaan bawang merah untuk sepanjang tahun. Desember ini menjadi masa panen bawang merah di Kabupaten Aceh Besar sekaligus menjadi pemasok ketersediaan bawang merah di Provinsi Aceh.
Petani Kecamatan Baitussalam melakukan budidaya bawang merah dengan varietas Bima Brebes. Penerapan teknologi dengan sistem budidaya semiorganik, meminimalisir penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pupuk dasar yang dipakai petani dengan menggunakan kompos dan tricoderma. Saat melakukan pembibitan, petani memberikan perlakuan bibit dengan perendaman menggunakan PF (Psedomonas Florenc), menggunakan pupuk susulan berupa NPK, ZA, dan SP-36. Pemupukan diberikan setelah umur 10 hari setelah tanam. Susulan pupuk ke 2 pada saat 25 hari setelah tanam.
Petani sangat puas dengan hasil panennya karena komoditi bawang merah mempunyai harha jual yg tinggi. Saat ini harga jual di pasar rata-rata Rp 38.000 per kg.
Penyuluh pertanian pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Baitussalam, Mira Handayani, SST senantiasa mendampingi petani hingga memperolah hasil panen bawang merah rata-rata 1:8. Dari 1 kg benih menjadi 8 kg bawang merah. Mira dalam kegiatan penyuluhannya di kelompok tani yang luas tanam bawangnya 1 hektar tersebut senantiasa memberikan dorongan kepada petani untuk tetap semangat dalam usaha taninya.
“Pengembangan budidaya bawang merah di desa Lampineng ini adalah hal yang baru bagi petani. Oleh karena itu saya mengajak kepada kita semua agar tetap semnagat dan terus mau belajar mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan terkait budidaya bawang merah ini,” ujar Mira.
Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 55–70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda berupa leher batang 60% lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang.
Kendala yg terjadi saat proses budidaya adalah intensitas hujan yang tinggi di awal pertanaman mengakibatkan banyak tanaman bawang merah terserang penyakit layu bakteri dan layu fusirium. Namun hal ini dapat dikendalikan sedini mungkin oleh petugas POPT dilapangan, Sudarti, S.P. bersama penyuluh pertanian.
Bawang merah yang telah dipanen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah penanganan. Selanjutnya umbi dijemur sampai cukup kering (1-2 minggu) di bawah sinar matahari langsung, diikuti dengan pengelompokan menurut kualitas umbi. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat pengering khusus (oven) sampai mencapai kadar air kurang lebih 80%. Jika tidak langsung dijual, umbi disimpan dengan cara menggantungkan ikatan bawang merah di gudang khusus, pada suhu 25-300C dan kelembaban rendah (± 60-80%).
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi menyampaikan pihaknya terus mendorong penyuluh pertanian di lapangan untuk terus mendampingi petani untuk menerapkan budidaya hortikuktura ramah lingkungan dan dengan teknologi yang tepat guna.
“Penyuluh pertanian sebagai garda terdepan pembangunan pertanian. Mari senantiasa mendampingi petani untuk melakukan usaha taninya. Budidaya hortikultura baiknya diterapkan dengan teknologi ramah lingkungan dan tepat guna,” kata Dedi.
Penulis: Hidayat
Editor: Renilda PY