email : [email protected]

29.1 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

PILKADA JAMBI 2020 VS COVID-19

Populer

Pilihan Millenial , Pastisipasi dan GOLPUT ?

Kota Jambi, Oerban,com – PILKADA Provinsi Jambi sebentar lagi akan berlangsung pada tanggal 09 desember 2020. Pesta demokrasi tahun ini tidak seperti pemilu pada tahun-tahun sebelumnya, kali ini diselenggarakan ditengah pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia, bahkan duunia sekalipun. Saat pemerintah menetapkan pemilu tetap berlangsung, bayak masyarakat dan steakholder khawatir dengan adanya klaster baru corona virus disease ini. Djohermansyah Djohan seorang Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri (2010-2014) sekaligus Guru Besar IPDN dalam webinar yang diadakan oleh CSIS Indonesia mengenai PILKADA DI TENGAH PANDEMI pada 14 oktober 2020 lalu, beliau memaparkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum kepala daerah rendah dikarenakan masyarakat akan beranggapan satu nyawa lebih penting daripada satu suara. Artinya momentum PILKADA serentak dikesampingkan oleh masyarakat dan memprioritaskan kesehatan, mengingat angka paparan Covid-19 semakin meningkat dengan jumlah data terakhir 8.369 pada tanggal 3 desember 2020 (Wikipedia). Meskipun banyak kekhawatiran masyarakat, dilansir dari situs setkab.co.id KPU memastikan proses pengelolaan logistic Pilkada Serentak 2020 mulai dari produksi hingga distribusi sudah sesuai protokol kesehatan.

Lantas bangaimana kualtitas Pemimpin Daerah dari produk pemilu tahun 2020? Rendahnya partisipasi masyarakat akan memicu praktik kecurangan atau manipulasi suara oleh oknum tidak bertanggung jawab, sehingga dapat dipastikan kepala daerah yang menang dipertanyakan integritas dan legalitasnya dimata public. Bagaimana tidak, Sosialiasi visi dan misi tidak gencar dan sedikit diketahui oleh masyarakat secara meluas dikarenakan pandemi yang mengaharuskan mengurangi aktifitas fisik dengan adanya pertemuan antara paslon cagub dengan masyarkat sebagai objek pemilihan umum kepala daerah membuat masyarakat bingung memilih pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka. Hoax dan Praktik money politic juga semakin marak, tak lain untuk membeli atau menyuap suara rakyat sehingga memilih paslon tertentu, Paslon yang memberi uang, dianggap yang peduli degan rakyat ditengah krisis ekonomi pandemic seperti saat ini.

Baca juga  Kasus Covid Melonjak Tinggi, Pimpinan MPR Minta Kemanan Nakes Diperhatikan

Disaat situasi saat ini, peran pemuda sebagai generasi millennial pada Pilkada sangat berpengaruh. Partisipasi politik bukan hanya berupa hak memilih tetapi juga hak berpartisipasi dalam penyelenggaraan demokrasi lainnya, misalkan turut serta sebagai pengawas partisipatif. Salah satu partisipasi politik yang jarang diperbincangkan adalah anak yang berusia 17 tahun, yang disebut sebagai pemilih pemula maupun pengawas partisipatif. Disebut anak, karena usia 17 tahun masih masuk dalam kategori usia anak (merujuk Pasal 1 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak). Anak berusia 17 tahun disebut generasi milenial dan generasi muda yang berumur 17- 22 tahun. Generasi milenial, generasi yang sangat akrab dengan teknologi informasi. Generasi milenial merupakan pengguna, pembuat dan terpapar informasi dari media internet, baik dari situs berita, media sosial serta aplikasi percakapan.  Pada sisi lain, pandemi Covid-19 melahirkan kebiasaan baru bagi semua pihak termasuk generasi milenial seperti tingginya aktivitas di media sosial. Menurut Kaspersky Security Network (KSN) dari pengguna Kaspersky Safe Kids di platform Windows dan MacOS di Indonesia sebanyak 91% dari pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak terutama berusia 15-19 tahun.

Pada konteks penyelenggaraan demokrasi, generasi milenial mempunyai peran yang sangat strategis, yakni :

1.      Mengantisipasi serangan berita bohong atau hoax pada masa kampanye di media sosial

2.       Sebagai garda terdepan dalam menghadang serbuan konten negatif di dunia maya

3.      Menyebarkan konten mendidik, memberdayakan, dan membangun karakter nasional

4.       Menjadi agen perubahan dalam membangun nasionalisme generasi muda

5.       tidak hanya sebagai follower tetapi menjadi trendsetter.

Generasi milenial memiliki karakter yang khas yaitu memiliki antusias yang tinggi, penuh gejolak dan semangat, kurang rasional, dan apabila tidak dikendalikan akan memiliki efek terhadap konflik-konflik sosial di dalam penyelenggaraan demokrasi. Ciri khas generasi milenial memiliki rasa ingin tahu, mencoba, dan berpartisipasi dalam demokrasi meskipun berlatar belakang semu.  Generasi milenial sangat rentan dilibatkan, dipengaruhi atau pun diprovokasi isu-isu negatif yang biasanya massif dalam penyelenggaraan demokrasi seperti politisasi sara, ujaran kebencian dan hoax.

Baca juga  Kota Melbourne Akan Mencabut Pembatasan COVID-19 Terlama di Dunia

Banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya berpastisipasi dalam pemilu, masih banyak pula yang acuh tak acuh dengan pemilihan kepala daerah khususnya anak muda atau millennial. Meskipun KPU sendiri telah menyiapkan protocol kesehatan namun masih ditemui masyarakat yang akan golput. Menjelang pemilu mendatang pemerintah ataupun masyarakat sipil harus terus melakukan literasi digital, mengajak generasi milenial untuk tidak golput pada saat hari pencoblosan. Jika dahulu mungkin banyak anak muda bersikap golput karena tidak punya informasi memadai mengenai calon yang akan dipilih, tetapi sekarang tidak perlu lagi golput, mengingat informasi yang begitu mudah diakses. Jadi tidak ada alasan lagi untuk golput. Seperti yang sudah penulis paparkan diatas pilihan untuk golput akan merugikan diri sendiri dan masa depan daerah. Dengan golput suara kita akan dengan mudah disalahgunakan oleh paslon yang tidak bertanggung jawab dan apabila mereka menang dengan salah satunya adalah suara kita yang golput dapat dipastikan masa depan daerah akan dipimpin oleh kepala daerah yang salah.

Penulis sebagai generasi millennial ikut mengambil sikap dalam kontestai politik di Provinsi Jambi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Tentunya peran dan partisipasi anak muda menjadi tameng penyebaran isu politik dan hoax yang merajalela menjelang pemilihan umum berlangsung. Keikutsertaan millennial juga menjadi pelopor suara murni dari masyarakat serta dapat memberikan edukasi politik kepada masyarakat minimal ke lingkungan terkecil yang dimulai dari keluarga dan kerabat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilukada Jambi 2020 demi terwujudnya kualitas kepala daerah yang bisa mewakili dan mensejahterakan rakyatnya. Saat ini ribuan berita hoaks disebarkan lewat media sosial setiap hari, generasi milenial harus bisa menyaring informasi yang diterima. Generasi milenial juga bisa aktif membuat konten-konten positif dan kreatif, buat cerita yang menarik lewat video, ini bisa mengimbangi berita hoaks yang beredar menjelang Pemilu

Baca juga  Anis Matta Usul Konsep Geloranomics Untuk Atasi Krisis, Rocky Gerung: Ini Bisa Jadi GBHN

Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis menghimbau dan mengajak masyarakat terutama anak muda “millennil” untuk berpastisipasi, berkontribusi dan ikut mengawal keberlangsungan PILKADA JAMBI 2020. Semoga dengan keikutsertaan seluruh masyarakat, Jambi lebih maju dipimpin oleh pemimpin yang berasal dari suara dan hati rakyat.

SATU SUARA, MENENTUKAN MASA DEPAN KITA

JANGAN GOLPUT DAN PATUHI PROTOKOL KESEHATAN

WASPADA COVID-19

 

Penulis: Erma K (Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Universitas Jambi)

Editor: Renilda PY

 

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru