email : [email protected]

23.7 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Revolusi Mindset dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikososial Peserta Didik di Era Society 5.0

Populer

Oleh: Dina Rohmatin*

Oerban.com – Revolusi mindset diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan psikososial peserta didik di era society 5.0. Perkembangan teknologi yang sangat pesat mempengaruhi pola interaksi sosial dan aktivitas belajar peserta didik.

Sebagai pembimbing, konseling perlu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman ini dengan cara meningkatkan empati, melakukan pendampingan secara hybrid, serta memanfaatkan teknologi untuk mengaya lingkungan belajar dan pendekatan peer helper secara online. Dengan merevolusi mindset dan pendekatan yang lebih fleksibel, diharapkan kebutuhan psikososial peserta didik dapat terpenuhi meskipun dalam kondisi belajar daring.

Revolusi mindset dalam pemenuhan kebutuhan psikososial peserta didik di era society 5.0 telah menghadirkan tantangan baru bagi manajemen Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah. Diperlukan adaptasi terhadap perubahan zaman dalam konteks pelayanan BK.

Ketika kita memasuki era society 5.0 yang ditandai oleh integrasi teknologi ke dalam semua aspek kehidupan, perubahan dalam kebutuhan psikososial peserta didik menjadi semakin kompleks dan menuntut. Manajemen Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah harus beradaptasi dengan cepat untuk memenuhi tuntutan zaman yang berubah secara cepat ini. Revolusi mindset dalam pendekatan BK menjadi krusial untuk memastikan pemenuhan kebutuhan psikososial peserta didik secara holistik.

Revolusi mindset dalam BK melibatkan perubahan paradigma dalam cara kita memandang dan mendekati pelayanan bimbingan dan konseling. Di era society 5.0, peserta didik tidak hanya menghadapi tantangan psikososial yang mendasar seperti kecemasan, depresi, dan masalah konflik interpersonal, tetapi juga harus menghadapi dampak teknologi yang semakin kompleks seperti kecanduan internet, cyberbullying, dan gangguan identitas digital.

Oleh karena itu, konselor harus mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dan terintegrasi dalam memenuhi kebutuhan psikososial peserta didik. Melalui revolusi mindset ini, peran konselor berubah menjadi lebih proaktif dan terlibat secara aktif dalam membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan holistik peserta didik.

Baca juga  Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital Peserta Didik

Selain memberikan layanan konseling individual, konselor juga harus berperan sebagai fasilitator dalam menyelenggarakan program-program pendukung psikososial, baik itu dalam bentuk lokakarya, seminar, atau kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial, emosional, dan kesejahteraan mental peserta didik.

Orang-orang pada era revolusi industri 4.0 memiliki pengetahuan tentang teknologi, tetapi belum sepenuhnya mengintegrasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pada era masyarakat 5.0, semua aspek kehidupan manusia didorong oleh penggunaan teknologi. Teknologi yang dominan dalam masyarakat 5.0 meliputi robot, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI).

Di era ini, jejak digital individu dapat dikenali dengan mudah. Terdapat tren di mana robot terlibat dalam sebagian besar kegiatan, meskipun tidak semua aspek kehidupan manusia dapat digantikan oleh robot. Namun, dalam konteks ini, kritik dapat ditujukan pada ketergantungan manusia pada sumber energi jika kurangnya kreativitas dan inovasi manusia terus berlanjut. Konsep Internet of Things, atau dikenal sebagai internet untuk segalanya, juga menjadi terkenal pada era masyarakat 5.0 (Almizri et al., 2023).

Teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dalam era society 5.0, dan BK tidak terkecuali. Integrasi teknologi dalam layanan BK dapat memperluas jangkauan dan aksesibilitas layanan, serta memungkinkan konselor untuk menggunakan metode dan alat yang lebih inovatif dalam mendukung peserta didik. Misalnya, aplikasi konseling daring, forum diskusi online, atau platform e-learning dapat menjadi sarana yang efektif dalam memberikan dukungan dan informasi kepada peserta didik dalam skala yang lebih luas.

Pemenuhan kebutuhan psikososial peserta didik tidak bisa dilakukan secara terpisah dari lingkungan sosial mereka. Oleh karena itu, kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas menjadi sangat penting dalam mendukung perkembangan holistik peserta didik. Program-program BK yang efektif harus melibatkan partisipasi aktif dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan stakeholder lainnya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan peserta didik.

Baca juga  Tantangan dan Manfaat Pelaksanaan Cybercounseling pada Layanan Bimbingan dan Konseling di Era Digital

Revolusi mindset dalam pemenuhan kebutuhan psikososial peserta didik di era society 5.0 menuntut perubahan yang fundamental dalam pendekatan dan praktik manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah. Melalui transformasi peran konselor, integrasi teknologi, dan penguatan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan komunitas, kita dapat memastikan bahwa peserta didik mendapatkan dukungan yang mereka perlukan untuk berkembang secara holistik.

Dengan demikian, revolusi mindset ini bukan hanya tentang mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga tentang memastikan bahwa peserta didik siap menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri dan kesejahteraan yang baik.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk merevolusi mindset dalam memenuhi kebutuhan psikososial peserta didik meliputi:

Pertama, meningkatkan empati terhadap kondisi dan perasaan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pembimbing konseling berusaha memahami kondisi psikologis yang dihadapi peserta didik dengan mendengarkan curahan hati mereka secara aktif dan memberikan tanggapan yang mendukung. Dengan cara ini diharapkan pembimbing konseling dapat lebih memahami kondisi emosional siswa.

Kedua, melakukan pendampingan secara intensif baik secara individu maupun kelompok kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, perilaku disipliner, atau gangguan kejiwaan. Pendampingan dapat berupa pemberian motivasi, penyaluran hobi dan minat, relaksasi, ataupun pendekatan spiritual-religius sesuai kebutuhan masing-masing peserta didik. Pendampingan intensif diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa.

Ketiga, pengayaan lingkungan belajar secara fisik maupun psikososial. Misalnya membentuk kelompok belajar kecil, ruang relaksasi, bimbingan karir, hingga kegiatan ekstrakurikuler dapat mendukung proses belajar peserta didik dan perkembangan psikososialnya. Lingkungan kondusif dan mendukung merupakan modal penting.

Keempat, mengedepankan peningkatan motivasi belajar peserta didik dengan memberikan pengalaman sukses, peningkatan rasa kompetensi, otonomi, ikatan sosial, serta tujuan belajar yang jelas. Motivasi menjadi kunci utama dalam mendukung prestasi dan kesejahteraan peserta didik.

Baca juga  Potensi Project Based Learning Untuk Memaksimalkan Keterampilan Abad ke-21

Kelima, menerapkan pendekatan peer helper di lingkungan sekolah dimana siswa senior dapat memberikan bantuan kepada teman sebaya. Dukungan antar teman sejawat sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan psikososial.

Referensi:

Almizri, W., Firman, Neviyarni S, & Muhammad Asyraf Bin Che Amat. (2023). Adaptasi Konselor Dalam Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi Menghadapi Society 5.0. Jurnal Binagogik, 10(2), 322–330. https://doi.org/10.61290/pgsd.v10i2.528

*penulis merupakan mahasiswi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Walisongo Semarang. 

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru