Brussel, Oerban.com – Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengingatkan Uni Eropa bahwa Turki adalah bagian dari NATO dan keluarga bagi Barat. (10/12/2020)
Jens Stoltenberg pada Kamis (10/12) meminta para pemimpin Eropa untuk mengakui fakta bahwa Turki adalah bagian dari NATO dan Barat terlepas dari perbedaan dan ketidaksepakatan, hal itu disampaikannya menjelang pertemuan puncak Uni Eropa yang akan membahas kemungkinan sanksi terhadap Ankara.
Berbicara selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Portugis Antonio Costa, Stoltenberg merekomendasikan pendekatan positif selama pertemuan. Ia mengatakan bahwa masalahnya “sulit,” jelas Stoltenberg, bahwa konflik tersebut tengahi minggu lalu selama pertemuan menteri luar negeri NATO.
Stoltenberg menggarisbawahi bahwa Turki adalah anggota penting NATO yang berbatasan dengan Irak dan Suriah yang memainkan peran penting dalam perang melawan organisasi teroris. Dia menambahkan bahwa Turki adalah negara yang menampung jumlah pengungsi tertinggi dan negara NATO yang paling terkena dampak terorisme.
27 pemimpin Uni Eropa akan berkumpul untuk pertemuan langsung untuk menjembatani ketidaksepakatan tentang sejumlah masalah dan memperkuat kerja sama mereka dengan orang lain. Setelah sebelumnya mengancam Turki dengan sanksi tambahan atas eksplorasi gasnya di Mediterania Timur jika tidak ada kemajuan signifikan yang dibuat secara diplomatis, para pemimpin UE kemungkinan akan kembali ke topik.
Pemerintah Siprus Yunani dan Yunani, khususnya, telah lama menyerukan pendekatan yang lebih ketat ke tetangga UE, tetapi negara lain enggan untuk meningkatkan konflik. Stoltenberg juga menegaskan kembali bahwa mekanisme dekonflik telah dibuat antara Yunani dan Turki untuk mencegah insiden dan kecelakaan yang tidak diinginkan di tengah meningkatnya kehadiran militer di Mediterania Timur.
“Saya mencoba memperluas dan memperkuat mekanisme ini karena kita harus mencegah terjadinya insiden dan kecelakaan antara dua sekutu,” ujarnya.
Ankara dan Athena telah mengadakan pembicaraan dekonflik yang dipimpin NATO untuk berkontribusi pada solusi konflik, tapi berakhir buntu karena Yunani tetap bersikeras dengan argumennya.
Penulis : Tim Redaksi