Dinamika politik jelang Pemilu 2024 masih terus berjalan. Anies Baswedan, salah satu calon yang digadang-gadang akan menjadi petarung di perhelatan Pilpres kini tinggal menanti pendamping yang pantas.
Riuh soal siapa pendamping Anies menjadi bahan perbincangan yang menarik bagi publik. Pasalnya, hal tersebut bisa jadi penentu melonjak atau tidaknya suara.
Sampai dengan saat ini, tiga partai pengusung Anies, yaitu NasDem, Demokrat dan PKS masih belum mendeklarasikan secara resmi siapa Cawapres yang akan menemani Anies bertarung.
Ada banyak opsi soal yang hadir, dari internal pengusung misalnya. Demokrat masih terus berupaya meyakinkan jika Ketua Umumnya, AHY adalah yang paling cocok dan pantas.
Sementara di sisi lain, PKS juga tak mau kalah dengan menyodorkan nama veteran anggotanya, Ahmad Heryawan (Aher) yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat selama 2 periode.
Kendati usulan-usulan tersebut datang dari koalisi yang memberikan tiket pencalonan, ketiga partai tersebut justru sepakat jika Anies lah yang pada akhirnya akan memilih sendiri siapa pendampingnya.
Partai pendukung Anies yang menamai diri mereka sebagai koalisi perubahan, tentu saat ini masih belum bisa dikatakan kokoh, setidaknya sampai dengan kesepakatan mengenai Cawapres usai.
Sebab, penentuan Cawapres tersebut sarat akan kepentingan politik, Demokrat dan PKS pastinya ingin salah satu dari kader mereka yang terpilih, apalagi Pilpres ini adalah momentum yang hanya terjadi dalam periode waktu 5 tahun sekali.
NasDem sendiri mewanti-wanti agar koalisi yang dibangun untuk mengusung Anies tidak bubar di tengah jalan, dengan merekomendasikan orang di luar Parpol sebagai pendamping Anies.
Namun balik-balik lagi, penentuan Cawapres ini harus bisa berdiri pada kepentingan yang sama, yaitu mengedepankan efek suara yang bisa diraih sebanyak-banyaknya.
Zuandanu Pramana, Pimpinan Redaksi Oerban