Kota Jambi, Oerban.com – Penangkapan beberapa orang pelaku vandalisme propokatif terhadap pemerintah di tengah pandemi Covid-19 pada (11/4) kemarin menuai berbagai komentar. Di sosial media Twitter, bahkan salah satu judul buku yang dijadikan barang bukti menjadi trend dan dibicarakan oleh banyak orang.
Hal ini juga direspon oleh para pegiat literasi Jambi. Dimas Sanjaya, ketua himpunan mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi mempertanyakan buku-buku yang dijadikan barang bukti tersebut. Menurutnya fungsi sastra juga didaktis, bahkan ia menduga buku-buku tersebut dicurigai lantaran covernya saja.
“Seberbahaya itu kah buku-buku sastra. Padahal kan salah satu fungsi sastra itu didaktif. Kalo lihat motifnya, sepertinya polisi tersebut menyita karena dari judul dan cover, yang menurutnya “berbahaya”. Dari buku coret-coret di toilet mungkin karena gambar molotov di cover dan buku negeri para bedebah (Tere Liye) yang mungkin dinilai dari judulnya. Begitu juga dengan buku yang lain” katanya pada tim oerban.com (13/4) kemarin.
Tak jauh berbeda, Revina sekertaris umum Komunitas Berani Menulis Jambi, menyayangkan sikap oknum penegak hukum yang menjadikan buku sebagai bahan bukti aksi vandalisme tersebut. “Sebagai pegiat literasi, saya sangat menyayangkan tindakan yang dilakukan oknum tersebut. Bukan sekali dua kali saja hal ini terjadi, namun sudah berkali-kali. menjadikan buku sebagai kambing hitam. Namun disatu sisi, hal ini bisa jadi sebagai momentum agar masyarakat lebih rajin lagi dalam membaca” jelasnya.
Dilansir dari CNN indonesia.com, aksi vandalisme propokatif yang menghina pemerintah tersebut diduga dilakukan oleh kelompok anarko dengan mencoret tiang listrik dan tembok dengan kalimat seperti ‘kill the rich’, ‘sudah krisis, saatnya membakar’, hingga ‘mau mati konyol, atau melawan’ menggunakan cat semprot. Polisi kemudian berhasil RH dan RJ di kawasan Bekasi dan Tangerang dengan barang bukti beberapa buku karangan penulis Indonesia dan luar negeri bergenre sastra, santai, dan serius.
Penulis: Novita Sari
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini