Jakarta, Oerban.com – Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Gerindra Sutan Adil Hendra (SAH) mengatakan, imunisasi merupakan salah satu cara mencegah penularan penyakit menular yang diberikan tidak hanya kepada anak-anak namun juga dewasa.
Bahkan anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini mengatakan Indonesia merupakan negara yang memiliki cakupan imunisasi campak cukup besar dibanding negara lain di Asia Tenggara, sebesar 84 persen.
Namun legislator yang dikenal sebagai bapak beasiswa Jambi ini mengatakan, terdapat kurang dari 12 persen anak usia 0-11 bulan yang masih belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
“Meski di Asia Tenggara tingkat Imunisasi kita cukup tinggi, namun masih ada 12 persen anak usia 0 – 11 tahun yang belum mendapatkan imunisasi secara lengkap,” ungkapnya seperti dilansir laman Fraksi Gerindra, Jum’at 26 November 2021.
Dalam hal ini SAH menambahkan sebaran anak yang belum imunisasi lengkap ini hampir di semua daerah di Indonesia ada. Tapi proporsi terbesar ada di Indonesia bagian Timur.
Padahal menurutnya pemerintah Indonesia juga telah mengatur kepentingan memperoleh imunisasi dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 dan Permenkes No. 42 tahun 2003.
“Imunisasi Rutin Lengkap itu penting karena menjamin anak-anak terhindar dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI) seperti di antaranya, campak, rubella, polio, dan hepatitis,” jelasnya.
Terkait target imunisasi yang mencapai 95% cakupan imunisasi lengkap. SAH mengatakan ada 2 macam tantangan yang dihadapi, baik di masyarakat dan tantangan di tenaga kesehatan atau sistem pelayanan kesehatan.
“Tantangan di masyarakat atau istilahnya miss opportunity, misalnya sang anak harus ditimbang hari ini, pada saat ditimbang anak tersebut batuk pilek sehingga tidak dapat diimunisasi,” jelasnya.
Untuk menghadapi tantangan itu, tegas SAH, perlu kerja sama yang tidak hanya pemerintah saja, melainkan melibatkan media untuk membantu memberikan pemahaman tentang imunisasi kepada masyarakat.
“Agar meningkatkan mutu dan layanan bagi masyarakat. Media punya peran strategis yang harus berperan, tandasnya.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini