email : [email protected]

28 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

TANTANGAN DAKWAH DI MASA DEPAN

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Dalam sejarahnya, metode dakwah Islam selalu berubah-ubah, tergantung pada situasi, tempat, dan objek dari dakwah tersebut. Kalau mukjizat adalah fasilitas para nabi dalam berdakwah, maka di era digital seperti sekarang, fasilitas itu adalah teknologi dan media sosial.

Kepiawaian seseorang dalam mengoperasikan teknologi, akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai, terlepas dari baik atau buruknya tujuan tersebut. Untuk itu, perlu Ikhtiar dalam mengoptimalkan peran gerakan dakwah di era digital seperti sekarang.

Menurut Miftah Faridl, setidaknya ada 3 agenda permasalahan penting.

1. Berkaitan dengan pola-pola pengembangan dakwah yang selama ini dilakukan oleh para juru dakwah, baik secara individual maupun kelembagaan;

2. Berkenaan dengan muatan pesan yang disampaikan pada setiap kesempatan dakwah dilakukan;

3. Berkenaan dengan pentingnya merumuskan ulang suatu pendekatan alternatif dalam memperkenalkan islam, secara komperhensif dan persuasif, di tengah perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi.

Secara ringkas, dari 3 agenda permasalahan di atas. Seorang juru dakwah harus mulai melakukan pengembangan-pengembangan dari segi metode, baik secara individual maupun kelembagaan, substansi pesan yang disampaikan pun harus benar-benar sesuai dengan objek dakwah. Dan yang terakhir, pemanfaatan Teknologi harus benar-benar dilakukan dengan tepat, sebab, kemajuan teknologi saat ini ibarat pedang bermata dua.

Buktinya, Jagat Raya Indonesia sedang hangat-hangatnya dengan permasalahan Hoax. Bermula dari pengesahan UU Cipta Kerja pada 5 Oktober, lalu diikuti dengan demonstrasi penolakan yang diwarnai dengan kericuhan, hal ini menyebabkan banyak kerugian, baik yang bersifat materil maupun tidak.

Setelah kekacauan dan kegaduhan yang terjadi, pemerintah hadir dan menyampaikan jika apa yang dituntut oleh massa itu hanya salah paham. Menurut pihak pemerintah, massa yang melakukan aksi penolakan telah termakan Hoax.

Baca juga  Semarak Milad FSLDK ke 38: Warna Baru untuk Dimulainya Dakwah di Indonesia

Terkait hal ini, yang menjadi pertanyaan banyak orang adalah, siapa sedang menjatuhkan siapa?

Boleh jadi informasi terkait UU Cipta Kerja ini sengaja di buat simpang siur, sehingga masyarakat menaruh curiga terhadap independensi gerakan Mahasiswa.

Tapi di sisi lain, sebagian pihak malah mempertanyakan di mana letak akuntabilitas Pemerintah, setelah sebelumnya sempat beredar 3 versi UU Cipta Kerja. Yang pertama dengan tebal 905 halaman, lalu 1.035 halaman, dan yang terakhir 812 halaman.

Permasalahan-permasalahan semacam ini menjadi bukti, bahwa seorang juru dakwah harus mampu memainkan perannya dengan baik. Teknologi memudahkan informasi untuk sampai kepada masyarakat, untuk itu, harus ada sebagian orang yang punya tanggung jawab moral, bersedia memastikan bahwa informasi yang telah sampai adalah benar atau real.

Kemarin, ketika saya bermalam di pesantren, saya menemukan sebuah buku dengan judul, MARYAM MENGGUGAT: MENGUAK PROPAGANDA SAVE MARYAM. Awalnya, saya mengira buku yang tebalnya 200 halaman ini hanya sebuah novel, tapi ternyata buku tersebut merupakan hasil riset dan kajian dari penulisnya, Maulana M. Syuhada.

Ketika dibaca, buku ini membawa khayal saya terbang ke 8 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2012. Ketika sebuah video provokatif sempat viral, dengan judul Save Maryam. Dalam video ini, dikisahkan bahwa proses kristenisasi di Indonesia meningkat pesat. Bahkan, disebutkan jika setiap tahunnya 2 juta orang muslim telah meninggalkan islam, hingga muncul prediksi bahwa pada tahun 2035 Indonesia tidak lagi menjadi negara muslim.

Video provokatif tersebut, dibuat dan dikampanyekan oleh lembaga Mercy Mission yang berpusat di London, Inggris. Dalam laporannya, klaim angka 2 juta perpindahan orang Islam setiap tahunnya mereka dapatkan dari hasil riset International Crisis Group (ICG). Mercy Mission juga mengklaim jika telah bekerja sama dengan Muhammadiyah dalam proyek tersebut.

Baca juga  Pengurus IKADI Kota Jambi Resmi Dilantik, Usung Semangat Dakwah Rahmatan Lil'alamin

Dari kampanye Save Maryam, Mercy Mission menargetkan terkumpulnya donasi sebanyak US$ 2.000.000, yang akan dialokasikan untuk membangun stasiun TV Islami dan Helpline.

Setelah ditelusuri lebih lanjut oleh Maulana M. Syuhada, ternyata Muhammadiyah tidak tahu sama sekali dengan proyek save maryam tersebut. Selain itu, ICG juga membantah telah memprediksi jumlah penduduk kristen di Indonesia, ICG juga menuduh Mercy Mission telah memelintir informasi yang terdapat dalam salah satu laporan ICG (Indonesia: Christianisation and Intolerance), dan meminta mereka untuk menghapus semua referensi yang berkaitan dengan ICG.

Saya tidak akan menjelaskan lebih detail lagi tentang buku MARYAM MENGGUGAT, karena tidak sedang menulis resensinya. Namun, ini adalah sebuah contoh dari rasa tanggung jawab moral seorang muslim terhadap keadaan sekitarnya.

Buku Maryam Menggugat ini ditulis di tengah kesibukan Maulana M. Syuhada, bahkan, Maulana rela menunda penulisan Disertasinya untuk sementara waktu. Ditambah lagi, Maulana sempat tidak dapat tidur selama 29 jam karena melalukan penelitian Save Maryam tersebut.

Hal ini menjadi tamparan tersendiri bagi saya pribadi, berapa banyak nikmat waktu luang yang telah dihabiskan dengan sia-sia. Semoga Allah mengampuni hamba-hambanya yang lemah.

Untuk tantangan dakwah sendiri, kedepannya akan lebih berfokus pada pengarahan opini-opini lewat media sosial, menulis sudah menjadi keharusan bagi setiap juru dakwah. Dan dengan segala keterbatasan yang saya punya, saya sedang mencoba untuk menjadi pembelajar, belajar dan terus belajar.

 

Penulis: Zuandanu P

Editor: Renilda PY

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru