Oerban.com– Pendidikan merupakan pembelajaran bagi generasi baik itu untuk mencari pengetahuan atau bahkan keterampilan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan yang pada umumnya dibimbing atau menjelaskan materi secara langsung oleh pengajar namun juga tidak memungkinkan jika belajar secara otodidak.
Adanya Covid-19 aberpengaruh pada pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020 tanggal 24 Maret 2020, satu diantaranya berisikan bahwa proses pembelajaran dilakukan daring.
Pembelajaran daring ini merupakan tantangan, baik itu untuk guru atau dosen maupun untuk siswa ataupun mahasiswa. Dapat kita lihat dari pembelajaran sebelumnya dilakukan secara langsung oleh guru atau dosen dengan menjelaskan materi setiap materi, namun beda halnya dengan sistem pembelajaran daring yang lebih banyak diberikan tugas ketimbang guru atau dosen yang menjelaskan materi tersbut.
Namun dengan begitu para guru atau dosen sangat patut untuk diapresiasi atas kerja keras nya hingga saat ini, walaupun dengan kondisi mewabahnya Covid-19 guru ataupun dosen tetap semangat dan terus mencari cara agar siswa atau mahasiswanya dapat mengemban ilmu sebaiknya dan memahami apa yang dipelajari.
Di samping itu pun banyak tantangan siswa atau mahasiswa dalam pembelajaran daring ini, diantaranya:
1. Siswa dan mahasiswa secara tidak langsung harus mempunyai alat komunikasi, agar bisa berkomunikasi dengan baik antar guru ataupun dosen kepada siswa ataupun mahasiswanya dalam memberikan tugas daring. Sehingga untuk siswa ataupun mahasiswa yang tidak mempunyai alat komunikasi terpaksa harus mempunyai alat komunikasi, baik itu meminjam dari keluarga ataukah membeli baru alat komunikasi tersebut.
2. Siswa ataupun mahasiswa lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli kuota internet, sedangkan pemasukan orang tua menurun ditengah mewabahnya Covid-19 ini, namun dengan adanya pembelajaran Daring membuat pengeluaran meningkat, ditambah ketika guru ataupun dosen melakukan pembelajaran melalui video call sehingga kuota yang seharunya digunakan untuk 2 minggu, namun dengan adanya pembelajaran daring ini membuat kuota yang dipakai habis dalam jangka waktu cepat.
Walaupun tersedia kuota gratis yang diberikan dari beberapa pihak, namun hanya dipakai oleh kartu internet tertentu. Namun bagaiaman dengan kartu yang tidak sesuai dengan kartu internet gratis tersebut? Tentunya tidak semua siswa ataupun mahasiswa yang dapat menikmati kuota gratis tersbut.
Dilansir oleh tribunnews.com, mahasiswa Unhas meninggal dunia, terjatuh dari menara masjid saat mencari jaringan internet seluler. Ia memanjat menara masjid untuk mencari sinyal internet. Sebab di kampung halamannya masih sangat sulit didapatkan jaringan internet seluler. Sangat memprihatinkan.
Ada juga kartu internet yang menyediakan paket internet unlimited. Namun tidak semua kartu internet bisa diterima di suatu daerah tersebut. Apalagi daerah yang terletak jauh dari perkotaan. Otomatis daerah yang terletak jauh dari perkotaan pasti akan membeli kuota yang memungkinkan jaringannya untuk tersambung. Ditambah lagi ketika internet hilang timbul yang mengahruskan siswa ataupun mahasiswa untuk pergi kedataran yang lebih tinggi demi mendapatkan internet.
3. Tugas yang semakin meningkat. Adanya pembelajaran daring membuat tugas semakin banyak dari biasanya, berbeda halnya dengan pembelajaran yang biasanya guru atau dosen yang menjelaskan materi tersebut dan jarang memberikan tugas dirumah. Namun ketika pembelajaran daring siswa ataupun mahasiswa dianjurkan untuk belajar mandiri dari rumah. Bayangkan ketika guru ataupun setiap dosen memberikan tugas kepada siswa ataupun mahasiswa, apalagi setiap kapasitas kemampuan seseorang itu terbatas.
Dilansir dari Wired, Nelson Cowan, seorang psikolog kognitif dari University of Missouri, menyatakan bahwa dalam jangka pendek, memori akan mengambil sebuah sel dan sel tersebut terpakai. Namun dalam jangka panjang, memori tersebut ‘terkode’ dalam sebuah pola saraf, yang berupa saraf-saraf yang terkoneksi secara terstruktur. Hebatnya, tak seperti hard drive, otak kita mampu untuk membuat pola saraf ini secara tak terbatas. Jadi secara teoritis, jumlah memori yang tersimpan dalam otak pun juga tak terbatas (merdeka.com).
Ini membuktikan bahwasanya setiap manusia mempunyai kapasitas otak yang berbeda. Ada seseorang yang mempunyai kapasitas otak yang kuat, namun bagaimana dengan kapasitas otak seseorang yang tidak kuat?
Banyak tantangan yang akan dijalankan di tengah mewabahnya Covid-19 ini, termasuk pada pendidikan. Namun dengan begitu merupakan cara pemerintah agar dapat memutuskan rantai penyebaran Covid-19 sehingga tidak menyebar secara luas dan pendidikan akan berjalan seperti biasanya. Ambil positifnya, ambil hikmahnya dan jangan lupa berdoa.
Penulis : Nurmala Aziza, Mahasiswa UIN STS Jambi
Editor : Siti Saira. H