Kota Jambi, Oerban.com – Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari kegiatan yang berhubungan dengan UMKM. Saat berkunjung ke suatu daerah dan membeli oleh-oleh yang dijajakan, makan bakso di pinggir jalan, hingga memperbaiki perabotan rumah tangga, kita selalu dihubungkan dengan usaha dari usaha UMKM. Kegiatan UMKM merupakan aktivitas bisnis masyarakat yang berdampak pada kemajuan sektor perekonomian negara. Merupakan singkatan dari usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, ternyata setiap hari kita dikelilingi oleh UMKM.
Provinsi Jambi sebagai salah satu daerah dengan jumlah UMKM cukup tinggi, sekitar 138. 470 usaha kecil menengah yang tersebar di berbagai Kabupaten/ Kota pada tahun 2019, melalui Dinas Koperasi dan UMKM tercatat mampu menampung 188.947 tenaga kerja dan mengalami peningkatan sebesar 32,95 % dibanding tahun sebelumnya. Namun, dengan kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, berbagai sektor ekonomi termasuk UMKM merasakan dampaknya secara langsung. Mulai dari pengurangan jumlah pembelian, angka produksi hingga kebijakan pemangkasan jumlah karyawan.
Tim oerban.com berkesempatan mewawancarai salah satu pelaku UMKM di Provinsi Jambi, Fajrin Nurpasca, selaku direktur penerbit Salim Media Indonesia mengenai kondisi UMKM miliknya serta kaitannya dengan kondisi pandemi.
Fajrin dan sepak terjangnya di dunia bisnis
Tidak banyak yang tahu lelaki paruh baya yang menyukai olahraga basket ini ternyata memulai karirnya dalam dunia bisnis sejak kuliah. Ia memulai debutnya tersebut dengan menjual kaos yang ia peroleh dari pulau Jawa dan dipasarkan kepada orang-orang Jambi. ia juga sempat menjual majalah, bekerja di rental komputer, dan bekerja di bank saat tamat kuliah. Namun, karena ia merasa tidak cocok, akhirnya ia memutuskan untuk resign. Pengalamannya bekerja di rental komputer kemudian menjadi cikal bakal ia mendirikan percetakan Salim Media Indonesia.
Pada tahun 2006 ia mendirikan rental komputer dan terus berkembang, hingga pada tahun 2012 awal mula percetakan Salim Media Indonesia mulai beroperasi, dan barulah pada tahun 2014 melalui saran seorang rekan sekaligus penulis Jambi Salim Media Indonesia berkembang menjadi penerbitan. Salim Media Indonesia sendiri memiliki tiga bagian, yakni penerbitan dan percetakan, advertising dan periklanan serta event organizer.
Fajrin mengaku ia memulai bisnis dengan terus belajar, mulai dari rental komputer yang ilmunya terus ia upgrade dan menyesuaikan permintaan pelanggan mulai dari permintaan mencetak sertifikat, kartu nama, brosur hingga ia bisa. Namun pada saat itu masih dengan nama FNB Digital. Lalu berganti dengan nama Salim Media dengan alasan agar mudah penyebutannya. Sejak awal berdiri, dilihat dari keanggotaan IKAPI, hanya satu anggota Jambi, dan Salim mencatatkan nama sebagai anggota kedua.
Ia mengaku, kesulitannya dalam menjalankan bisnis ini terletak pada edukasi pasar kepada penulis, kenapa harus menerbitkan di Salim serta kenapa harus menulis. Banyaknya penerbitan yang ada di Jawa juga membuat banyak penulis Jambi menerbitkan tulisannya disana.
“Saingan kami di Jawa sebenarnya, agak berat karena kalau di Jawa akses lebih mudah dan bahan-bahan lebih murah” kata Fajrin.
Meskipun demikian, menurutnya, akhir-akhir sudah banyak penulis-penulis Jambi bermunculan dan menerbitkan tulisannya Di Salim, sudah hampir 180 judul buku yang tercatat katanya.
Pandemi dan dampaknya bagi UMKM
Era pandemi membuat masyarakat berfokus bagaimana bisa bertahan hidup. Tidak seperti era normal biasa, masyarakat cenderung menabungkan uangnya atau berinvestasi dengan membeli emas yang dapat naik sewaktu-waktu. Menurut Fajrin, UMKM yang dapat bertahan dengan kondisi demikian ialah UMKM di bidang kuliner, kesehatan, dan pendidikan.
Menurutnya bisnis di bidang primer dan bisnis yang bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini merupakan bentuk-bentuk bisnis yang bisa bertahan. Ia mencontohkan, Salim dengan kondisi saat ini membuat terobosan percetakan kemasan makanan. Karena banyaknya permintaan untuk industri makanan yang membutuhkan kemasan sehingga bisa menutupi biaya produksi penerbitan yang menurun.
Fajrin juga mengeluhkan kurangnya koordinasi antar dinas-dinas dalam upaya menunjang pertumbuhan UMKM, beberapa pelatihan yang dibuat menurutnya kurang tepat sasaran dengan program yang hampir sama dan bahkan banyak UMKM yang merasa belum tersentuh dengan adanya program tersebut.
Penulis: Novita S
Editor: Renilda PY