Oleh: Bilal Sultan
Tersentak batin ku dipagi itu..
Pelupuk mata seakan malu membiasakan cahaya..
Namun kumerasa sesuatu..
Seranting jemari membelai lembut..
Mata bulat nan menatap indah..
Serta bibir suci yang berbisik manja,
“Sayang, bangun kita tahajjud”
Saat kudengar itu..
Seluruh komponen tubuh seakan tercelup energi baru..
Jiwa yang tadinya mengembara,
Kini seakan tertuntun kearah jalan pulang..
Mata yang tadi seakan malu membias cahaya,
Kini pelan-pelan menyibak tirai pelopaknya..
Mencari meraba bisik lembut yang seakan bersembunyi..
Namun..
Yang kulihat hanya langit-langit kamarku,
Dengan warna biru mudanya yang memudar,
Berhias cahaya lampu dengan redup sayunya..
Hingga..
Ingatan terakhir yang telat berpulang dari samudra mimpiku,
kembali, mengingatkan diri bahwa itu hanya sisa mimpi semalam,
Yang membawa ku berangan,
Sampai lupa waktunya ia pergi,
Hingga ku terbangun dari tidurku..
Ya..
Itu hanya secuil hidangan mimpi yang tertinggal,
Yang lupa harus berakhir..
Hingga menjadi ingatan diantara tidur dan bangunku..
Hati bingung tertawa malu..
Terjajah sisa mimpi yang membuai..
Akupun tersenyum..
Nyatanya
Oleh: Bilal Sultan
Nyatanya..
Dalam tangis kita temukan ketenangan.
Nyatanya..
Dalam sakit kita temukan ampunan.
Nyatanya..
Dalam musibah kita temukan keinsafan.
Nyatanya..
Dalam marah kita temukan sayang.
Nyatanya..
Dalam kesusahan pasti ada kesenangan.
Ku yakin sepenuh harapan
Dengan-Nya..