email : [email protected]

28 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

THE BEATRIX BRUGH

Populer

Oleh : Robial*

Gemericik air menerpa bebatuan dan pasir yang ada disekitar pulau dengan langit berwarna jingga dan banyak orang yang lalu lalang sambil bermain tidak membuat aku terganggu. Mataku tertuju pada sesuatu yang membuatku terpesona. Sesekali ku teguk es kelapa muda hanya untuk membasahi tenggorokanku. Sambil ku kunyah kacang rebus yang empuk.

Kadang-kadang ku pandangi sekitar untuk melihat tingkah laku orang-orang yang berada di disekelilingku. Tidak lama kemudian suara orang mengaji mulai terdengar pertanda hari mulai mendekati Magrib. Akupun mulai beranjak dari dudukku menuju motor butut “F1ZR” kesayangan. Diperjalanaan ku bertanya sendiri mengapa bisa seperti itu?

Pas azan Magrib aku pun sampai ditempat kosku yang sederhana. “Dari mana? Tanya Bapak kos sambil menyalakan motor untuk ke masjid. Dari jalan-jalan sore pak, jawab ku.
Setelah shalat Magrib, mulailah sang anak kos beraksi, heeheee. Maklum kehidupan anak kos, jika malas masak. Akupun pergi mencari makan malam.

Sengaja ku cari makan disekitar tempat yang ku datangi sore tadi. Tenyata ramai sekali orang disana. Tempatnya begitu cantik dihiasai lampu-lampu dan banyak orang yang menjual makanan dan minuman serta odong-odong untuk bermain anak-anak.

Mata ku masih tertuju pada hal yang sama dengan yang sore tadi. Tidak lama pesananku pun datang, malam ini perutku diisi sate padang. Ditempat ini ternyata banyak pendatang dari ranah minang yang berjualan beraneka makanan.

Keesekokan harinya aku pun berangkat sekolah sekitar pukul 06.30. melewati tempat itu juga. Tempat itu lagi. Heheee. Tapi koq sepi, gumamku dalam hati.

Saat pulang sekolah, aku pun mampir di warung Bakso tidak jauh dari sekolah untuk mengisi perutku yang sudah keroncongan. Matahari bersinar begitu terik membuat tenggorokanku sangat kering dan mangalir peluh membasahi bajuku. Mas, Bakso satu sama es teh ya, panggilku pada penjual Bakso. Si mas Bakso hanya mengacungkan jempol. Lalu akupun duduk di suatu sudut yang ada kipas anginya.. Tidak lama kemudian datang laki-laki berbadan tegap tapi raut wajahnya menunjuhkan bahwa dia sudah tua. Akupun menggunakan adat timur, haa, gaya! Yang muda menyapa yang tua. Duduk disini tuk, kata ku. Ya nak, jawabnya.

Baca juga  Kunjugi Korban Kebakaran di Desa Tendah, Edi Purwanto Turut Serahkan Bantuan

Akhirnya kami ngobrol sambil menyantap bakso. Sudah banyak yang kami obrolkan, akhirnya aku coba bertanya tentang jembatan itu. Tuk, boleh bertanya kataku. Silakan nak, jawab datuk. Mengapa jembatan itu bentuknya berbeda dari jembatan-jembatan lain yang pernah saya lihat. Oh, jembatan itu, namanya jembatan Beatrix, Jawab datuk sambil memperbaiki posisi duduknya. Kamu mau dengar cerita tanya datuk. Ya, jawabku. Akhirnya datuk bercerita tentang jembatan tersebut. Ternyata bangunan itu adalah jembatan Beatrix atau Beatrix Brugh.

Jembatan ini merupakan peninggalan masa Kolonial Belanda, yang sangat lekat dan tak bisa dipisahkan dari sejarah Indonesia terutama masyarakat Sarolangun. Saat membuat jembatan Beatrix, tenaga kerja pribumi dipaksa melalui kerja rodi. Terus kenapa namanya Beatrix, selahku!. Oh, Tidak ada yang tahu dengan pasti sejarah penamaan jembatan Beatrix, jawab datuk. Namun lanjutnya lagi, “Asal mula penyebutan Beatrix diketahui berasal dari sebuah prasasti yang ditempelkan di ujung badan jembatan tepatnya di sisi Sri Pelayang. Tulisan “BEATRIX BRUG” pada bagian ujung lengkungan jembatan sebelah kiri dan “ BT TEMBESI 1939” pada bagian ujung lengkungan jembatan sebelah kanan”.

Sudah tua sekali tuk, kataku. Datukpun hanya menganguk sambil minum jus jeruk. Coba kamu pergi ke jambatan itu dan lihat tulisannya. Insyaallah tuk, jawab ku.

Jembatan itu masih kokoh berdiri membentang sungai Batang Tembesi dan disisinya ada taman bermain yang disebut Tepian Cik Minah dan Ancol.

Tanpa terasa jam sudah pukul 15.10 WIB sudah mendekati waktu Ashar. Kamipun pulang, Bakso dan teh es saya dibayarin sama si Datuk.

* Penulis adalah Guru Mts Sarolangun

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru