Muara Sabak, Oerban.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam setiap kesempatan mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan petani muda agar kelak bisa membangun pertanian di wilayahnya masing masing. Indonesia membutuhkan petani milenial yang siap bersaing secara global. Untuk itu, kemampuan tenaga tani harus disiapkan, salah satunya melalui program magang,” kata Mentan.
Sejalan dengan pendapat Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi yang mengatakan. Petani milenial harus disiapkan untuk terjun ke bisnis pertanian, baik bisnis pertanian level dalam negeri maupun di level internasional. Salah satu caranya dengan magang ke Jepang, ujar Dedi.
Untuk itu dalam rangka menjalankan tupoksinya, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian melalui Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jambi melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi program magang Jepang di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Ikut hadir dalam kegiatan ini Widyaiswara serta dua orang staf Program dan Evaluasi Bapeltan Jambi, Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sakdun serta responden monev atas nama Yuda Arlita Putra.
“Menurut saya cukup bagus adanya kegiatan monev ini karena peserta magang Jepang perlu motivasi dan bimbingan berkelanjutan dari pihak terkait menjelang keberangkatan. Harapan yg paling utama itu soal kepastian keberangkatan dan bimbingan pasca keberangkatan, harap Yuda di sela sela pengisian instrumen monitoring dan evaluasi.
Selain melaksanakan monitoring dan evaluasi, tim dari Bapeltan Jambi juga melakukan penjaringan informasi petani milenial di kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bahkan menurut Kabid Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sakdun mengatakan bahwa mereka telah mempersiapkan calon petani milenial. Saat ini ada 5 orang calon petani milenial yang bisa diikutkan untuk pelatihan seperti magang Jepang kemarin, diantaranya dari Kecamatan Berbak, Kecamatan Rantau Rasau, Kecamatan Dendang, Kecamatan Muara Sabak Timur dan Kecamatan Nipah Panjang. Jika nanti yg dibutuhkan hanya satu orang maka akan kami seleksi kembali, kata Kabid.
Salah satu petani milenial yang turut di wawancarai oleh tim Bapeltan Jambi, Aslahul Umam bahkan telah mempunya usaha bernama Arisma Hidroponik”. Pemuda berusia 24 tahun dan merupakan jebolan UIN Sultan Thaha Jambi jurusan ekonomi ini sangat tertarik pada dunia pertanian. Belajar secara otodidak melalui youtube dan serius konsultasi dengan salah seorang konsultan pertanian, akhirnya berani memanfaatkan KUR untuk usahanya. Beliau tidak berputus asa dan terus mengembangkan usahanya dengan motto “selalu ada solusi pada tiap masalah”.
Petani milenial saat ini dituntut kreatif, pantang menyerah, komunikatif dan terus belajar untuk menjawab tantangan bisnis pangan di era digital. Petani milenial harus jeli melihat peluang dan mengembangkannya sesuai karakter dan potensinya. Tak hanya menguntungkan dari aspek usaha, juga ketahanan pangan, lingkungan dan warga sekitar.
Penulis: Wahyudi Narullova