Muaro Jambi, Oerban.com – Sejumlah mahasiswa Universitas Jambi mengeluhkan pelaksanaan sistem perkuliahan daring akibat pandemi Covid-19. Keresahan tersebut ditunjukkan lewat media sosial dengan memposting sebuah flyer yang berbunyi sebagai berikut :
Di Unja, sistem serba online tampaknya punya dampak tersendiri. Instruksi rektor jadi multitafsir.Sistem kuliah online (daring) tiap2 fakultas, prodi, bahkan dosen berbeda2 pula. Dosen muda & dosen yg telah berumur beda cerita. Beda dosen beda aplikasi yg mesti dipakai, akhirnya terpaksa koleksi macam2 aplikasi; Zoom, Laboratorium virtual, Classroom, Edmodo, Schoology, bahkan ada yg live IG, meski ada juga yg lewat WA. Belum lagi, tugas yang bertumpuk-tumpuk. Sementara perpustakaan sebagai sumber mencari literasi tutup, walaupun katanya Google serba ada.
Untuk mahasiswa semester akhir, beda lagi ceritanya. Gak semua bisa bimbingan online, masalah yg paling sering muncul adalah WA/sms & Email yang gak dibales, gak efektif juga. Belum lagi tentang Seminar & Sidang online, duhhh. Sedangkan gak semua penelitian bisa dilakukan online, gimana mau nyelesaiin skripsi? Terpaksa harus satu semester lagi, bayar ukt lagi, gigit jari.
Uang gak turun dari langit. Gak semua pekerjaan bisa dilakukan dengan sistem online & tetap menghasilkan duit. Terutama bagi petani, yang karena banyak perusahaan tutup, harga jual jadi turun. Sementara, kuliah online butuh duit buat beli kuota, buat bayar ukt semester depan.
Dari semua masalah ketidakjelasan ini, kami mahasiswa biasa bisa apa? Melawan dosen sama dengan ‘mati’, diam aja tersiksa & rasanya pengen mati aja.
MAM dan BEM sebagai perpanjangan tangan harusnya bisa menengahi ini. Masalah ini perlu disampaikan ke pihak kampus. Agar semuanya jelas, tidak merugikan & membebani kami para mahasiswa.
Jangan terlena rebahan seharian karena harus #dirumahaja #mamrebahan #bemrebahan
Pantauan tim oerban.com, keluhan tersebut banyak menyebar di Instagram dan WA mahasiswa Universitas Jambi. Ardy Irawan PLT Presiden Mahasiswa Universitas Jambi mengatakan, pihak BEM telah berupaya menjadi penyambung aspirasi dengan pihak kampus.
“Kami sudah lebih dulu menyampaikan kepada pak rektor tentang keluhan mahasiswa ini, namun untuk realisasinya kita masih menunggu pimpinan kampus menentukan hasilnya, harus bertahap. Tidak bisa langsung” kata Ardy pada tim oerban.com, Selasa (31/3) kemarin.
Dijelaskan Ardy, usulan pertama ia sampaikan pada tanggal 21 Maret namun hanya ditanggapi dengan edaran keputusan rektor tentang kuliah daring. Kedua pada 29 Maret lalu aspirasi mahasiswa yang ia sampaikan direspon dengan video himbauan rektor UNJA terkait proses belajar mengajar dalam situasi darurat penanganan Covid-19. Ia juga menyayangkan kondisi saat ini, yang membuatnya tidak dapat bertemu rektor secara langsung sehingga harus melakukannya melalui gawai.
Tak sampai disana, pihak BEM UNJA pun telah melayangkan tuntutan pada rektor Universitas Jambi dalam kaitannya tentang efektivitas pelaksanaan sistem kuliah daring. “Malam ini kami layangkan lagi, apa yang menjadi keresahan teman-teman mahasiswa, namun untuk hasilnya perlu kita kawal bersama” Ungkapnya pada tim oerban.com (31/3) kemarin.
Penulis: Novita Sari
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini