Sembilan puluh tahun berlalu semenjak Sumpah Pemuda, pemuda-pemudi Indonesia kini mengalami titik transformasi yang seharusnya mampu menunjukkan maturitas gerakan melalui peran-peran konstruktif dalam menyelesaikan pelbagai permasalahan bangsa. Kita tidak perlu lagi menjadi aktor dalam mengakhiri dan memulai sebuah era atau rezim, tapi lebih jauh lagi kita harus menjadi aktor utama dalam melahirkan sebuah karya-karya yang gemilang yang mampu membawa peradaban kita lebih maju hingga sejajar dengan Bangsa-Bangsa lain. Diantara berbagai pesimisme akibat pergaulan ramaja yang jauh dari moralitas, lunturnya budaya di kalangan pemuda, dan ketidakpedulian sosial politik, ada pemuda-pemudi kita yang bergerak cepat, nyata, dan massive dalam membangun sebuah ide, gagasan, pemikiran yang kemudian melahirkan pegerakan sosial dan memberikan sumbangsih nyata yang konstruktif dan solutif dalam pembangunan bangsa.
Jika dahulu di sumpah pemuda ada Mohammad Yamin dari Sawah Lunto Sumatera Barat dan Katjasungkana dari Madura, hari ini kita memiliki Andreas Senjaya dengan iGrow, Panji Aziz dengan Isbanban, Nur Agis Aulia dengan Jawara Banten Farm, Alfatih Timur dengan kitabisa, Adamas Belva dengan ruangguru, Nadiem Makarim dengan Go-jek, Ahmad Zaki dengan Bukalapak, dan banyak pemuda lain yang membangun optimisme Bangsa dan menunjukkan wajah baru peran pemuda Indonesia. Di era milenial yang penuh tantangan ini, mereka mampu mengelola potensi modernisasi dalam berbagai sektor untuk mengoptimalkan peran pemuda secara siginfikan hingga mampu menjadi titik akupuntur yang mengobati pelbagai permasalahan Bangsa.
- Advertisement -
WAJAH BARU GERAKAN PEMUDA INDONESIA
- Advertisement -