17 Agustus 2018, sudah 73 tahun Indonesia merdeka, namun pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata merdeka. Merdeka berarti berdiri diatas kaki sendiri, tapi pendidikan Indonesia apakah sudah sesuai dengan istilah merdeka tersebut. Dapat kita lihat masih banyak anak yang hanya mampu bermimpi untuk sekolah karena lagi-lagi kemiskinan menjadi faktor utama anak-anak harus rela putus atau tidak menjutkan ke jenjang yang lebih tinggi untuk mengeyam pendidikan. Semua dapat kita lihat dari siswa SMA yang lulus dari sekolah menengah atas banyak yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.
Meskipun ada yang namanya beasiswa nyatanya beasiswa ini juga tidak merata, terkadang salah sasaran. Tidak hanya masalah di siswa saja namun bagi para pendidik pun, pemerintah seharusnya mampu untuk mensejahterakan para pendidik seperti di negara bunga sakura. Bahkan para pendidik yang telah mengabdi 10 tahun belum juga diangkat menjadi pegawai tetap atau pns sehingga terjadilah yang namaya enggan bekerja atau mengajar tak bisa kita pungkiri jumlah gaji adalah faktor utama kita dalam memilih suatu pekerjaan. Karena gaji yang kecil seringkali orang mengabaikan tangguing jawab terhadap pekerjaannya. Seperti yang terjadi pada suatu sekolah taman kanak-kanak dimana gurunya memukul anak tersebut hingga terjatuh dari kursinya tidak hanya di taman kanak-kanak bahkan di sekolah menengah atas pun hal tersebut juga terjadi. Kejadian ini tentu saja akan memburuk mental dari siswa atau anak tersebut mereka tidak akan mau memnerima pelajaran bahkan bertemu dengan guru tersebut.
Tidak hanya masalah kemiskinan saja yang menjadi faktor bahwa pendidikan di Indonesia belum merdeka tapi karakter dari anak didik dan pendidik juga berpengaruh. Seorang guru, akan diguguh dan ditiruh tingkah lakunya oleh anak didik. Jika guru keras, ia akan lebih keras lagi maka tak heran bila tawuran antar siswa tidak usai hingga saat ini. Pendidikan karakter yang ditekan kan pada kurikulum 2013 tidak cukup hanya sebagai di rpp saja tapi memang di aplikasikan dengan nyata.
Kebijakan pemerintah tentang fullday school pun tidak semata-mata buruk, namun kebijakan itu akan memprosir tenaga peserta didik lebih banyak sehingga ia akan cepat mengalami lelah, hal itu tentu saja tidak baik untuk perkembangan otak dan sosialnnya karena ia akan jarang bertemu dengan temannya untuk beklajar atau sekesar jalan-jalan. Bahkan ada peserta didik tidak bisa ikut sekolah tambahan seperti madrasah karena pulang sekolah sudah jam 4 sore.
Pendidikan di Indonesia saat ini akan mempengaruhi bonus demografi. Bila pendidikan Indonesia saat ini berjalan dengan baik maka keuntungan akan bonus demografi tersebut akan dirasakan oleh pemerintah Indonesia, namun apabila pendidikan di Indonesia saat ini masih tetap bobrok atau jauh dari kata merdeka maka bonus demografi akan menjadi ancaman bagi pemerintah Indonseia karena pemuda pemudi Indonesia akan dikalahkan oleh pera pekerja asing yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi dan propesinalitas yang memadai.
Maka dari itu pemerintah bersama penggerak dan aktivis pendidikan baik pendidik maupun anak didik serta orang tua harus bekerja sama dalam mnguatkan persatuan untuk mewujudkan pendidikan Inonesia yang merdeka dan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional Indonesia yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guna menyonsong Indonesia emas 2045.