Roma, Oerban.com – Beberapa permasalahan muncul di kala pandemi, mulai dari permasalahan ekonomi hingga kesehatan. Hal ini secara tidak langsung membuat struktur tatanan sosial manusia juga bergeser. Salah satunya ialah lebih sedikit angka kelahiran bayi.
Kelahiran di Italia pada bulan Desember – tepat sembilan bulan setelah negara itu melakukan lockdown pertama di Eropa – turun sebesar 21,6%, menurut angka dari sampel 15 kota Italia yang dirilis minggu ini oleh badan statistik ISTAT.
Perkawinan turun lebih dari setengahnya dalam 10 bulan pertama tahun lalu, yang oleh kepala ISTAT Gian Carlo Blangiardo disebut “faktor lebih lanjut dalam kemungkinan penurunan kelahiran dalam waktu dekat.”
Pakar demografi telah memperkirakan mengenai tumbuh kembang dan reproduksi bayi di seluruh Eropa untuk tahun 2021, karena dampak pandemi sejak tahun lalu terasa.
Sebuah survei yang dilakukan di lima negara Eropa selama masa lockdown Maret dan April menunjukkan banyak orang membatalkan rencana untuk memiliki anak. Pasangan Jerman dan Prancis lebih cenderung mengatakan mereka menunda, sementara Italia lebih cenderung mengatakan mereka telah meninggalkan rencana mereka sama sekali.
Tahun lalu, Inggris mencatat penurunan impor kereta bayi ke level terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 2000.
Meski datanya belum lengkap, kantor statistik Jerman mengatakan 2020 mungkin tahun pertama sejak 2011 populasinya tidak bertambah, baik karena penurunan kelahiran dan karena COVID-19 berarti lebih sedikit orang yang berimigrasi .
Namun, ada tanda-tanda bahwa beberapa orang yang menunda perencanaan kelahiran bayi pada tahun 2020 dan akhirnya memilih untuk mulai berbisnis. Penjualan tes kehamilan dan vitamin kehamilan di Jerman melonjak dalam beberapa bulan terakhir, menurut jajak pendapat yang dilakukan untuk layanan berita apotek Apotheke Adhoc.
“Semakin besar ketakutan ekonomi, semakin besar pengaruhnya terhadap angka kelahiran,” kata Martin Bujard, wakil direktur di Institut Federal untuk Riset Populasi Jerman. “Jadi di negara-negara di mana negara kesejahteraan meminimalkan dampak ekonomi – seperti Jerman – kemungkinan efek negatifnya lebih sedikit.” Kata dia.
Sumber : Daily Sabah