Jakarta, Oerban.com – Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan, mendesak pemerintah agar mengkaji ulang rencana untuk melakukan impor beras, mengingat jika saat ini para petani di Indonesia akan melakukan panen raya.
Daniel menyampaikan, berdasarkan data BPS, produksi beras tahun ini akan meningkat dibanding tahun sebelumnya, sehingga hal itu bisa menjadi pertimbangan dan masukan yang sangat penting bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan.
“Ini tekanan yang sangat serius dari Komisi IV. Impor mungkin memberikan keuntungan untuk sebagian pihak, tetapi merugikan jutaan petani. Kalau denyut ekonomi desa itu berhenti, maka dampaknya akan terasa sampai ke semua kota. Karena daya beli langsung anjlok dan kemiskinan meningkat,” Kata Daniel saat RDP dengan jajaran Kementerian Pertanian dan Perum Bulog di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3).
Politikus partai PKB itu menyebutkan jika panen raya akan dilakukan sampai dengan bulan Mei 2021. Di samping itu, dirinya juga mendapat kabar bahwa di daerah Sukabumi dan Jawa Barat, harga gabah anjlok ke harga Rp1000 sampai Rp1500.
“Bayangkan, buat apa ada Kementerian Pertanian kalau gabah di tingkat petani bisa anjlok sampai angka Rp1500. Di dapil saya (Kalimantan Barat), harga gabah sekarang sekitar Rp3.300 saja sudah bagus. Apalagi di tengah pandemi seperti saat ini. Seharusnya kita semua komitmen agar kesulitan ekonomi akibat dampak pandemi ini. Rakyat jangan semakin dipersulit,” Jelasnya.
Lebih lanjut, Daniel menyatakan, (rencana impor beras) itu menjadi pukulan yang sangat berat. Sampai panen raya tahun lalu petani dihajar dengan impor. Oleh karena itu, dirinya meminta Kepala Bulog ikut membantu memantau kondisi petani di Sukabumi tersebut.
“Kapan Indonesia menuju kemandirian dan kedaulatan pangan kalau yang menghancurkan adalah kita sendiri,” Kata Daniel.
“Kami meminta, tunjukkan keberpihakan dari Kementerian Pertanian agar impor tidak dilakukan selama petani panen raya. Dan Kementerian Pertanian harus bertanggungjawab kalau (impor) itu dilakukan. Buat apa program triliun rupiah kalau akhirnya petani bukannya untung malah buntung,” Tegasnya.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini