Muaro Bungo, Oerban.com – “Awal mulanya saya benar-benar tidak tahu apa-apa tentang pertanian, Sadiq panggilan akrabnya mulai bercerita. Namun seseorang yang biasa saya sapa Pakde Jay itu dengan sabar dan baik hati mau mengajari saya, tambah pemuda berusia 25 tahun ini lagi,” ujar Sadiq.
Kisah ini bermula ketika akhir Desember 2019 lalu Sadiq tidak diperbolehkan kembali ke Jakarta oleh orang tuanya. Hal ini dikarenakan dampak pandemi Covid-19 yang mulai meluas yang mengakibatkan orangtuanya menjadi khawatir.
Sebelumnya Sadiq adalah salah satu karyawan di suatu perusahaan Jakarta. Disana Sadiq sudah bekerja selama satu tahun setengah. Akhir November 2019 Sadiq mengambil cuti pulang kampung ke Bungo. Dan seperti diceritakan diawal, orangtua Sadiq tidak mengizinkannya untuk kembali bekerja di Jakarta.
“Terus terang saya bingung mau kerja apa di Bungo, tutur Sadiq Alpajrin, nama lengkap pemuda ini. Sampai suatu ketika saya main ke lahan cabai milik Pakde Jay. Disitulah saya mulai tertarik dan ingin terjun serius di dunia pertanian,” ungkapnya.
Pemuda tani yang bisa dikatakan merupakan petani milenial ini juga bergabung dengan Kelompok Tani Tunjung Sakti.
Berbekal ilmu yang diperoleh dari Pakde Jay, Sadiq memberanikan diri berusaha tani cabai dilahan seluas 1 hektar yang berlokasi di Dusun Tebat, Kecamatan Muko-Muko Bathin VII Kabupaten Bungo.
“Alhamdulillah, dengan terus belajar per 3 bulan ini saya mampu mendapatkan hasil antara 4-7 ton, cetus Sadiq. Jujur, saya juga tidak menyangka kalo saya bisa sampai sejauh ini,” ujarnya sumringah.
Seperti yang pernah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sampaikan bahwa menilai petani saat ini jangan dipandang sebelah mata. Kini, petani muda adalah profesi yang menjanjikan, yang menghasilkan pendapatan menggiurkan dan akan terus didorong oleh Kementerian Pertanian. Artinya, stereotipe bahwa menjadi petani tidak akan kaya terbantahkan.
Senada dengan SYL, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi menegaskan jika ingin kaya maka jadilah petani yang berjiwa wirausahawan, profesional dan penuh semangat. Karena kata kunci untuk keberhasilan pembangunan di sektor pertanian ini ada di genggaman petani milenial, tuturnya.
Lebih lanjut Dedi menambahkan, lima atau sepuluh tahun yang akan datang itu tergantung kalian para petani milenial, kalau kalian semua hebat dan semangat serta disiplin dan kerja keras, pasti pembangunan pertanian kita sukses dan maju.
Penulis : Dyah Nastiti Anindita