Jakarta, Oerban.com – Pada tanggal 6 Desember yang lalu. Indonesia telah berhasil mendatangkan salah satu dari enam jenis vaksin yang dicanangkan untuk mengatasi pandemi covid-19. Vaksin yang berjuluk Sinovac tersebut, kini tengah dalam uji kelayakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum nantinya diberikan kepada masyarakat.
Lalu apakah sebenarnya vaksin itu? Berdasarkan beberapa sumber (wikipedia.org, alodokter.com, dan amp.kontan.co.id) , vaksin adalah zat atau senyawa yang dapat memicu pembentukan sistem imun tubuh dari penyakit tertentu. Di dalam vaksin itu sendiri mengandung bakteri, racun, dan virus penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya.
Sejarah vaksin sendiri dimulai pada tahun 1976. Seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris bernama Edward Jenner, melakukan penelitian terhadap sebuah penyakit menular yang dikenal dengan nama cowpox atau cacar sapi. Dalam penelitiannya, diperoleh fakta bahwa orang yang pernah mengidap cowpox tidak akan terkena smallpox (variola).
Seiring perkembangan zaman, vaksin digolongkan menjadi empat jenis berdasarkan kandungannya. Pertama, vaksin mati yang mengandung virus atau bakteri yang telah dimatikan. Kedua, vaksin hidup yang memiliki kandungan virus atau bakteri yang telah dilemahkan. Ketiga, vaksin toksoid yang mengandung racun bakteri. Terakhir yaitu vaksin biosentrik, di dalamnya terkandung bahan-bahan khusus yang mempunyai struktur seperti virus atau bakteri.
Sistem kerja dari vaksin sendiri melibatkan sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif. Ketika vaksin diberikan (vaksinasi) atau masuk ke dalam tubuh, sistem imun yang ada akan menganggap vaksin sebagai zat asing. Kemudian dengan sendirinya, tubuh akan membentuk antibodi. Proses inilah yang dikenal dengan istilah imunisasi.
Sebenarnya ada segelintir pihak yang meragukan bahkan menolak vaksin. Alasannya berbagai macam, mulai dari takut akan efek samping hingga alasan dilarang oleh agama. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang termakan informasi palsu, sehingga menimbulkan ketakutan pada diri mereka sendiri. Terlepas dari hal-hal tersebut, nyatanya vaksin memegang peranan yang amat besar dalam dunia kesehatan. Dalam catatan sejarah, vaksin terbukti telah berulang kali menyelamatkan manusia dari berbagai wabah yang melanda dunia. Contohnya seperti wabah ebola (1976), kolera (1817-1824), flu burung (1997), dan masih banyak lagi.
Berdasarkan catatan sejarah tersebut, tidak ada alasan untuk takut apalagi menolak keberadaan vaksin. Sebab vaksin sudah terbukti menjadi senjata mutakhir untuk mengatasi pandemi. Dengan menggunakan vaksin, pandemi bisa lebih cepat teratasi dan jumlah korban bisa dibatasi. Hal ini jauh lebih baik dari pada harus mengorbankan 80-90% populasi dunia hanya untuk membentuk sistem imun secara alami (herd immunity).
Penulis: Ridho Amanta Rajak