Jakarta, Oerban.com – Kekalahan perundingan akibat gugatan yang diajukan Brazil sejak 2014 tentang aturan larangan impor daging ayam membuat posisi Indonesia semakin lemah. Produk ayam Brazil akan membanjiri pasar Indonesia bahkan bisa masuk pasar rakyat. Kondisi yang sangat merugikan peternak ayam lokal yang sudah berjuang mewujudkan swasembada daging ayam sejak 2008.
“Kekalahan dalam perundingan dagang di World Trade Organization (WTO) sering dialami Indonesia, bukan hanya soal daging ayam saja. Soal tembakau Indonesia juga kalah dari Australia. Data Bisnis.com menyebutkan rentang 2014—2018 ada 8 sengketa dagang melibatkan Indonesia yang berakhir di meja WTO melalui panel Dispute Settlement Body (DSB). Dari 8 kasus itu, 5 di antaranya telah diputuskan, dan hanya 1 kasus yang dimenangkan oleh Indonesia,” papar Ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan Riyono dalam keterangannya, Ahad (9/5/2021).
Lemahnya posisi Indonesia dalam sidang WTO terjadi karena lemahnya kemampuan negosiator dalam menunjukkan bukti dan fakta persidangan di WTO. Indonesia cenderung “menyerah” terhadap kasus gugatan di WTO.
“Kekalahan soal impor daging ayam ini akan berdampak besar bagi peternak lokal. Peternak lokal bisa bangkrut dan semakin sengsara. Dunia perunggasan nasional saat ini dari hulu ke hilir hampir 80 persen dikuasai oleh asing ditambah serbuan daging ayam impor maka sudah tidak ada ruang peternak lokal untuk bisa hidup,” tambah Riyono.
Potensi produksi daging ayam menurut BPS 2018 ada sekitar 3.3 juta ton dengan estimasi kebutuhan nasional 3.05 juta ton/tahun. Data ini memberikan keyakinan bahwa Indonesia tidak butuh daging ayam impor dari Brazil yang rawan membawa penyakit, kasus 2018 ditemukan daging ayam Brazil ada Salmonella.
“PKS meminta kepada pemerintah untuk bisa melindungi peternak lokal yang semakin tertekan dengan serbuan daging ayam impor. data dari Pinsar dan Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan), 68% kebutuhan ayam nasional dipenuhi oleh pengusaha besar yang rata-rata pemodal asing. Peternak lokal hanya mengisi 20 – 30%,” tambah Riyono
Saat ini ada 170.000 peternak lokal yang nasibnya diujung tanduk, kebangkrutan sudah didepan mata. Asing menguasai sektor perunggasan nasional yang bisa jadi 10 tahun ke depan bisa jadi 100% kebutuhan daging ayam nasional dipenuhi oleh impor dan pengusaha bermodal asing yang ada di Indonesia.
“Peternak lokal hanya akan menjadi konsumen dan penonton karena semua dikuasai oleh asing,” tutup Riyono.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini