email : [email protected]

26.7 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

RI Harus Buat Peta Jalan Kebutuhan Energi Zero Emission

Populer

Jakarta, Oerban.com – Kebijakan energi harus bertitik tolak pada paradigma berpikir bahwa sumber daya energi mesti menjadi modal pembangunan nasional, melalui perwujudan kemandirian pengelolaan energi.

“Kita harus mulai memiliki road map kebutuhan energi nasional dengan target zero emission dan harus dipikirkan dengan serius,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Ketahanan Energi Nasional Menuju Zero Emission yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 bersama DPP Partai NasDem Bidang Energi dan Mineral, Rabu (24/11).

Diskusi yang dimoderatori Luthfi Assyaukanie, (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI) menghadirkan M Kholid Syeirazi (Direktur Eksekutif Energy for Policy), Kurtubi (Ketua Bidang Mineral dan Energi DPP Partai NasDem) dan Tri Mumpuni (Pendiri Institute Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan /IBEKA)) sebagai narasumber.

Hadir pula Hadi Ismoyo (Sekjen Ikatan Ahli Teknik Migas Indonesia (IATMI)) dan Yunanto Wiji Utomo (Jurnalis Sains Kompas.com) sebagai penanggap.

Aturan dan undang-undang yang mengatur tentang sumber energi, kata Lestari yang akrab disapa Rerie, harus benar-benar menjadi dasar untuk pencapaian target pembangunan energi nasional.

Legislator NasDem itu berharap para pemangku kepentingan memastikan energi berbasis fosil ditinggalkan untuk menuju realisasi kesepakatan di sektor energi yang menargetkan zero emission pada 2050.

Negara, tambah anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, harus mampu menyediakan energi bagi warga negaranya  lewat regulasi atau kebijakan yang tepat, dalam upaya mencapai target tersebut.

Pendiri IBEKA, Tri Mumpuni berpendapat, pemerintah harus memberi kesempatan masyarakat untuk mengelola operasional pembangkit-pembangkit listrik kecil dengan energi terbarukan, seperti tenaga surya, panas bumi, dan aliran air sungai.

Menurut Tri Mumpuni, produksi listrik yang dihasilkan memang kecil, tetapi bila jumlahnya banyak akan banyak juga produksinya dan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat.

Baca juga  Pendidikan Desa Pelosok, Elegi yang Terlupakan

“Pembangkit listrik  energi mikrohidro misalnya harus diakomodasi dan dibantu agar lebih presisi sehingga bermanfaat lebih baik,” ujar Tri Mumpuni.

Sedangkan Direktur Eksekutif Energy for Policy, Kholid Syeirazi menegaskan, ketersediaan energi bagi masyarakat merupakan tanggung jawab negara.

Penyediaan energi baru dan terbarukan saat ini, kata Kholid, bila dihitung secara korporasi diperkirakan tidak efisien sehingga perlu dorongan kebijakan politis dari pemerintah untuk melaksanakannya.

“Kita sepakat program zero emisi harus didukung. Namun pemerintah harus mempertegas cara merealisasikannya,” ujarnya.

Kholid mengakui, kebijakan energi yang diterapkan pemerintah seringkali tidak konsisten sehingga sulit bagi masyarakat untuk ambil bagian dalam memproduksi listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan.

Sedangkan Kurtubi, Ketua Bidang Mineral dan Energi DPP Partai NasDem, berpendapat transisi penggunaan energi fosil ke energi terbarukan harus dilakukan secara bertahap dengan strategi yang tepat.

Pemerintah, tegas Kurtubi, harus cerdas dalam melakukan alih energi ke energi baru dan terbarukan, apalagi energi itu akan diaplikasikan ke pembangkit listrik dan transportasi.

Kurtubi berharap, pemerintah membuka kemungkinan pemanfaatan energi nuklir sebagai alternatif dari energi baru dan terbarukan, yang memiliki keunggulan ketersediaan bahan bakunya yang memadai di Tanah Air.

Sekjen Ikatan Ahli Teknik Migas Indonesia (IATMI), Hadi Ismoyo mendukung upaya transisi dari energi fosil ke energi terbarukan yang harus dilakukan dengan arif dan bijaksana.

Transisi energi fosil ke energi terbarukan, tegas Hadi, harus mengedepankan kearifan lokal dan tahapan transisinya lewat pemanfaatan energi gas, yang cadangannya cukup memadai di Tanah Air.

Jurnalis senior, Saur Hutabarat mengatakan bila energi terbarukan bisa diaplikasikan, ditambah dengan energi nuklir dan berbagai upaya pemanfaatan energi di sekitar kita, sebagian permasalahan energi nasional bisa teratasi.

Baca juga  Pemerintah Hapus Indikator Kematian Covid-19, Sukamta: Berbahaya bagi Penanganan Pandemi

Sangat disayangkan, ujar Saur, inkonsistensi kebijakan pemerintah di bidang energi menyebabkan potensi energi baru dan terbarukan yang berlimpah belum mampu dimanfaatkan dengan baik.

Editor: Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru