Jakarta, Oerban.com – Pemahaman masyarakat terkait Covid-19 varian Omicron sangat penting untuk kemudian dapat menyiapkan langkah antisipasi yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan dalam rangka pengendalian Covid-19 secara menyeluruh.
“Upaya mempertahankan kehidupan dengan langkah antisipasi dari varian Omicron yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan merupakan bagian dari upaya bela negara,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Mengenal Lebih Lanjut Omicron yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (15/12).
Diskusi yang dimoderatori Irwansyah (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI) itu menghadirkan Dante Saksono Harbuwono (Wakil Menteri Kesehatan), Tonny Loho (Pakar Medis Satgas Penanganan Covid-19), Ni Nyoman Tri Puspaningsih (Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development Universitas Airlangga/Unair, Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Unair) dan Tjandra Yoga Aditama (Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI, Direktur Penyakit Menular WHO SEARO 2018-2020) sebagai narasumber.
Selain itu hadir pula Ali Ghufron Mukti (Dirut BPJS Kesehatan) dan Septiaji Eko Nugroho (Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia /Mafindo) sebagai penanggap.
Menurut Lestari yang akrab disapa Rerie, berbagai upaya mempertahankan kehidupan yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan, merupakan bagian dari membangun ketahanan negara lewat memperkuat ketahanan masyarakat dari ancaman virus korona di masa pandemi ini.
Pemerintah telah melakukan langkah antisipatif melalui kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat dengan ketentuan yang patut ditaati terlebih menjelang akhir tahun nanti.
Pemahaman masyarakat terkait varian Omicron dan kepatuhan terhadap sejumlah kebijakan tersebut, ujar Legislator NasDem itu, sangat membantu dalam menyukseskan upaya pengendalian virus yang di sejumlah negara sudah menyebar luas.
Upaya membedah dan mempelajari varian Omicron secara menyeluruh, jelas anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, bukan untuk menimbulkan ketakutan, namun dalam rangka membangun ruang pembelajaran agar saling mengingatkan sebagai wujud saling menjaga dan mempertahankan kehidupan.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan varian Omicron per 13 Desember 2021 sudah terkonfirmasi di 72 negara.
Diakui Dante, berdasarkan sejumlah penelitian yang sedang dilakukan, dampak varian Omicron lebih rendah daripada dampak varian Delta, namun penularan varian Omicron lebih cepat daripada varian Delta.
Kelompok sasaran kedua varian tersebut pun, jelas Dante, juga berbeda. Menurut dia, varian Delta lebih banyak menyasar kelompok masyarakat berusia lanjut. Sedangkan varian Omicron menyasar kelompok usia yang lebih muda dan anak-anak.
Langkah vaksinasi, ujar Dante, dapat melindungi masyarakat dari peluang rawat inap karena terpapar varian Omicron. Sehingga, vaksinasi merupakan salah satu langkah yang penting dalam mencegah terjadinya penularan.
Pakar Medis Satgas Penanganan Covid-19, Tonny Loho mengungkapkan sebagian besar yang terpapar varian Omicron adalah masyarakat yang belum divaksinasi.
Diakui Guru Besar itu, upaya vaksinasi hanya memberi proteksi sebagian dari serangan Omicron.
Upaya mendeteksi varian Omicron secara teknis, ujar Tonny, bisa diupayakan lewat whole genome sequencing (WGS), yang cukup memakan waktu dan relatif mahal.
Sedangkan Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Unair, Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengatakan deteksi varian Omicron bisa menggunakan upaya genotyping agar lebih cepat dan lebih terjangkau dari sisi biaya.
Guru Besar Unair Surabaya itu menyambut baik kebijakan yang menerapkan genome surveillance skala nasional yang dilakukan pemerintah.
Menurut ahli rekayasa molekul itu, dari hasil deteksi yang dilakukan terhadap ribuan sampel hingga hari ini belum menemukan varian Omicron di Indonesia.
Guru Besar FKUI-Direktur Penyakit Menular WHO SEARO 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, sejumlah penelitian belum bisa memastikan bahwa dampak varian Omicron benar-benar ringan, karena jumlah kasus yang ada belum bisa digunakan untuk menjadi dasar kesimpulan berat atau ringannya dampak varian Omicron tersebut.
Untuk pencegahan penyebaran varian Omicron, Guru Besar Fakultas Kedokteran UI itu menyarankan untuk melakukan pendekatan mitigasi risiko yang berlapis dengan “retrospective screening” pada orang yang datang dari negara terjangkit sebelum 29 November 2021.
“Peningkatan surveilans dan sequencing, bukan hanya pada pendatang tapi juga pada masyarakat luas,” ujar Tjandra.
Selain itu, tambahnya, perlu penyelidikan lapangan dan penilaian laboratorium untuk lebih memahami kemungkinan dampak dari varian baru ini.
Terpenting, menurut Tjandra, upaya pembatasan sosial tetap dilakukan lewat kebijakan PPKM berlevel dan disiplin memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kerumunan.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti berpendapat, kemampuan para pakar melakukan deteksi keberadaan varian-varian baru dari Covid-19 sangat penting untuk mendukung langkah pengendalian penyebaran virus korona di Tanah Air.
Sedangkan Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho menegaskan literasi kesehatan sangat penting di masa pandemi ini, karena misinformasi dapat berdampak buruk bagi upaya penanggulangan pandemi.
“Misinformasi terkait Omicron akan jauh lebih cepat menyebar dampaknya dibandingkan virusnya sendiri,” pungkas Septiaji.(*)
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini