Lesbos, Oerban.com – Yunani tidak hanya memperlakukan migran secara tidak manusiawi, tetapi juga para aktivis hak asasi manusia, terutama yang mendokumentasikan perlakuan terhadap migran dan pengungsi . Para pembela hak asasi manusia menghadapi kampanye kotor dan diperlakukan seperti penjahat, Pelapor Khusus PBB untuk Pembela Hak Asasi Manusia Mary Lawlor mengatakan pada hari Rabu.
Lawlor mempresentasikan temuan awalnya pada akhir kunjungan 10 hari ke Yunani di mana dia bertemu para menteri di Athena dan juga mengunjungi pulau Lesbos, Chios dan Samos, yang berada di garis depan krisis migrasi Eropa pada 2015 dan 2016.
“Saya prihatin dengan meningkatnya kriminalisasi bantuan kemanusiaan di Yunani. Solidaritas tidak boleh dihukum dan belas kasih tidak boleh diadili,” kata Lawlor.
Ujung tombaknya adalah penuntutan, di mana aksi solidaritas dimaknai kembali sebagai tindakan kriminal, khususnya kejahatan penyelundupan manusia, tambahnya.
Lawlor mengatakan para pembela hak asasi manusia merasa semakin sulit untuk melakukan pekerjaan mereka sejak 2019, terutama di bidang-bidang yang mungkin dianggap “kontroversial atau rumit secara geopolitik atau sensitif.”
“Dampak negatif dari kasus-kasus semacam itu berlipat ganda dengan kampanye kotor yang mengabadikan citra palsu para pembela HAM ini,” kata Lawlor.
Kebijakan ini menciptakan “iklim ketakutan dan ketidakamanan” yang diperkuat oleh elemen kerangka hukum serta pernyataan dari pejabat tinggi pemerintah yang menyerang pekerjaan LSM, tambahnya.
Menanggapi Lawlor, kementerian migrasi mengatakan Yunani “menghormati sepenuhnya tindakan pembela hak asasi manusia terorganisir atau individu yang aktif di bidang migrasi dan suaka.”
Yunani juga berulang kali membantah tuduhan apa yang disebut penolakan terhadap pencari suaka , dengan mengatakan pihaknya mencegat kapal di laut untuk melindungi perbatasannya.
Sumber : Daily Sabah
