Oleh : Hendri. Y
(Widyaiswara BPP Jambi – Kementan RI sekaligus Ketua Umum KA KAMMI Provinsi Jambi)
Istilah Balimau sudah lama ada di Minangkabau. Istilah ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau ketika akan memasuki bulan suci Ramadhan. Istilah ini menggambarkan bahwa seseorang yang akan memasuki bulan suci Ramadhan harus terlebih dahulu mensucikan dirinya, dengan cara mandi. Biasanya Balimau harus membasahi seluruh anggota badan dan betul-betul harus bersih. Kebiasaan ini masih bisa ditemui dihampir setiap daerah di Sumatera Barat.
Pergi Balimau artinya pergi membersihkan diri dari semua kotoran yang ada, baik kotoran lahiriah maupun kotoran batiniyah yang ditandai dengan mandi kesungai atau tempat pemandian dengan membasuh seluruh anggota tubuh, mulai dari kaki sampai ke kepala.
Dengan harapan melalui ritual Balimau ini semua kotoran yang ada baik lahir maupun batin keluar dari anggota tubuh dan pakaian yang dipakai, sehingga ketika akan memasuki bulan Ramadhan sudah betul-betul siap lahir batin.
Selain tradisi Balimau, tradisi Makan Basamo juga sering dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Dimana proses pelaksanaan Makan Basamo biasanya dilaksanakan di Surau-Surau atau di Masjid-Masjid.
Makan Basamo merupakan tanda rasa syukur atas karunia rezeki yang diperoleh selama satu tahun, hasil pertanian yang melimpah, padi, jagung, sayuran dan hewan peliharaan berproduksi secara baik. Oleh sebab itu, perlu kiranya mensyukurinya dengan cara Makan Basamo.
Disamping juga untuk meningkatkan rasa kekerabatan antar suku dan kampung yang ada di tatanan masyarakat Minangkabau. Dengan adanya Makan Basamo ini diharapkan sekat-sekat individual terkikis, silangsengketa terselesaikan setelah acara Makan Basamo.
Baru-baru ini masyarakat Kanagarian Koto Baru Simalanggang – Payakumbuh mengadakan acara Makan Basamo, sebuah tradisi yang perlu dirawat dan dijaga agar tetap lestari. Apalagi hidangan makan yang membuat selera makan bertambah. Ibu-ibu bundo kanduang dengan suka rela membuat masakan paling istimewa tentunya untuk dihidangkan. Siapapun pasti berselera untuk ikut makan, meskipun dengan sambal lado, pangek ikan dan gulai pucuk ubi. Hmm, lezat tentunya. (Masih ingin boikot rumah makan padang?)
Itulah dua tradisi yang masih terjaga sampai saat ini, semoga masyarakat Minangkabau bersuka cita menyambut datangnya bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat, barokah dan maghfirah.