email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Personal Boundaries: Membangun Batasan Diri sebagai Proteksi Diri

Populer

Oleh: Ghina Syauqilah 

Oerban.com – Tahukah Sahabat apa itu personal boundaries? Sebelum itu, mari simak cerita berikut ini:

Pada suatu ketika, seseorang sedang merasa sangat lelah karena terus bekerja setiap hari. Di akhir pekan, ia ingin beristirahat dan melakukan hobi yang ia sukai sebagai bentuk pemulihan dari rasa lelah, namun teman-temannya mengajak hangout.

Mulanya ia ingin menolak, bahkan merasa harus menolak, karena pertama, ia sedang tak memiliki cukup uang untuk hangout karena uang yang ada harus ia gunakan untuk keperluan lain. Kedua, ia sedang sangat lelah dan ingin me time saja. Ia hanya bisa me time di akhir pekan karena di hari week-days, ia harus kembali bekerja. Tapi pada akhirnya ia tak berani menolak ajakan tersebut karena takut dibilang sombong atau lupa pada teman.

Contoh lainnya, ada seseorang yang selalu ikut campur dalam urusan temannya, seperti mengatur-ngatur apa yang dilakukan temannya, memengaruhi pola pikir temannya, dan turut terlibat dalam pengambilan keputusan temannya. Temannya tersebut sebenarnya tidak terlalu nyaman oleh hal tersebut, tapi ia tak berani bilang apa-apa karena takut dianggap tidak menghargai.

Apakah fenomena di atas terlihat familiar, Sahabat? Atau Sahabat pernah mengalami-nya? Ya, banyak sekali di antara kita yang merasa kesulitan untuk menolak suatu ajakan, padahal yang kita rasakan dan inginkan adalah sebaliknya. Sebenarnya tidak salah jika kita menolak. Bahkan sebetulnya kita harus menetapkan personal boundaries untuk melindungi diri kita.

Apa itu personal boundaries?

Personal boundaries atau batasan diri merupakan batas-batas atau aturan yang dibuat dan ditetapkan seorang individu terhadap orang lain untuk melindungi privasi, harga diri, kenyamanan diri, dan kesehatan mental diri sendiri, agar orang lain tidak bersikap atau tidak bertindak melampaui batas sehingga merenggut hak-hak pribadi atas diri sendiri.

Baca juga  6 Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi

Output dari personal boundaries adalah seorang individu berani berkata tidak atas sikap atau perilaku orang lain terhadapnya yang membuatnya tidak nyaman serta berani mengomunikasikan secara asertif apa yang membuatnya suka, nyaman, tidak suka, atau tidak nyaman.

Personal boundaries diperlukan agar kita tetap dapat menjadi diri kita sendiri serta agar orang lain tak seenaknya bersikap atau berperilaku pada diri kita. Selain itu,ini akan membantu kita untuk tetap menjalani keseharian dengan nyaman, meningkatkan harga diri, serta merawat kesehatan mental.

Bentuk-bentuk personal boundaries

1. Physical boundaries

Physical boundaries adalah batasan secara fisik yang mencakup ruang pribadi (personal space), privasi, dan tubuh kita, contohnya:

  • Sahabat mengatakan pada orang lain bahwa Sahabat tidak suka diganggu atau diajak bicara ketika sedang bekerja (physical boundaries dari segi ruang pribadi atau personal space)
  • Sahabat tidak mengizinkan orang lain melihat galeri foto di ponsel (physical boundaries dari segi privasi)
  • Sahabat dapat mengomunikasikan pada orang terdekat bahwa Sahabat tidak nyaman saat dipeluk (physical boundaries dari segi tubuh dan sentuhan fisik)

2. Spiritual Boundaries

Spiritual boundaries adalah batasan secara spiritual dan keyakinan pada Tuhan. Penetapan atas batasan ini akan membantu Sahabat menaati keyakinan beragama dengan lebih baik, contohnya:

Organisasi kemahasiswaan Sahabat seringkali melangsungkan kegiatan pada waktu-waktu shalat. Sahabat merasa tidak nyaman karena hal itu dapat membuat Sahabat dan orang lain melalaikan waktu shalat. Sahabat harus mengkomunikasikan pada pengurus organisasi lain untuk memberi jeda kegiatan saat waktu shalat tiba agar dapat menunaikan shalat tepat waktu.

3. Emotional Boundaries

Emotional boundaries adalah batasan secara emosional yang ditetapkan untuk memproteksi kesejahteraan emosional, contohnya:

Sahabat sedang merasa sangat sedih dan butuh waktu sendiri saja untuk menjernihkan pikiran, namun orang terdekat Sahabat selalu mengajak Sahabat mengobrol tentang masalah yang sedang dihadapi dan mencampuri urusan Sahabat. Dalam hal ini, Sahabat berhak menegaskan bahwa Sahabat sedang tidak ingin bicara dengan siapapun dan butuh waktu untuk sendiri.

Baca juga  Pengaruh Kualitas Pernikahan pada Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Keluarga

4. Mental Boundaries

Mental boundaries adalah batasan secara mental yang mencakup pemikiran, nilai, prinsip, dan pendapat pribadi, contohnya:

Sahabat adalah orang yang berprinsip mendahulukan pekerjaan sebelum melakukan hal lainnya. Sahabat berhak menolak apabila ada teman yang mengajak Sahabat bepergian sebelum pekerjaan Sahabat selesai.

Sahabat selama ini selalu mendengar perkataan orang lain tentang diri Sahabat sehingga Sahabat selalu berusaha untuk menjadi sesuai ekspektasi mereka. Hal itu sebenarnya membuat sahabat tidak nyaman dan hanya memburamkan jati diri sahabat sebenarnya. Maka Sahabat berhak untuk melindungi diri Sahabat dari perkataan orang lain.

5. Material Boundaries

Material boundaries adalah batasan secara material yang mencakup uang atau barang-barang pribadi, contohnya:

Sahabat saat ini hanya memiliki uang yang cukup untuk membeli laptop baru karena laptop lama Sahabat telah rusak dan tak bisa digunakan lagi, sementara Sahabat memerlukan laptop baru secepat mungkin untuk berkuliah. Tiba-tiba, ada orang yang meminjam uang pada Sahabat. Sahabat berhak menolak karena Sahabat pun sedang tak kalah butuh.

6. Sexual Boundaries

Sexual boundaries adalah batasan secara seksual yang mencakup sentuhan dan aktivitas seksual untuk memproteksi agar aman secara seksual, contohnya:

Sahabat mengomunikasikan pada pasangan halal tentang kondisi-kondisi di mana Sahabat merasa nyaman untuk melakukan aktivitas seksual.

Personal boundaries harus dikomunikasikan

Sahabat, apabila personal boundaries tidak dikomunikasikan dengan orang terdekat, akan terjadi kesalahpahaman. Oleh karenanya, alangkah baik apabila Sahabat berani mengutarakan secara asertif batasan-batasan diri ini.

Demikian pula orang lain, sebagaimana Sahabat ingin orang lain dapat memahami personal boundaries ini, Sahabat juga harus menghargai personal boundaries orang lain.

Tetapkan personal boundaries yang dapat diterima dan sewajarnya.

Baca juga  Psikologi Lintas Budaya: Keunikan Perbedaan Ekspresi dan Persepsi Emosi dalam Sudut Pandang Keberagaman Budaya

Sahabat, tentu merupakan hak pribadi kita untuk menetapkan batasan-batasan yang seperti apa. Namun, jangan sampai personal boundaries yang kita tetapkan justru membuat orang lain menjadi merasa tidak dihargai, membuat kita jauh dari orang lain, atau pada akhirnya hanya dapat mendatangkan dampak buruk bagi diri kita sendiri. Tetapkan personal boundaries yang diterima dan wajar sesuai nilai-nilai agama dan norma yang diterima dalam masyarakat.

*Sarjana Psikologi Universitas Jambi

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru