email : [email protected]

24.8 C
Jambi City
Thursday, November 21, 2024
- Advertisement -

Cerpen: Gadis Nadir Bersimbah Kirana Kartika (Bagian 3)

Populer

Penulis: Ghina Syauqila

Lalu Lamia melanjutkan. “Aku sudah coba mengirimkan naskah ke salah satu penerbit mayor, tapi tidak diterima. Menyebalkan sekali. Sok banget sih, penerbit mayor itu. Memang-nya tanpa jasa penulis produktif sepertiku ini, mereka bisa sukses menjadi penerbit mayor, eh?”

Wistara menimpali dengan pertanyaan. “Jadi? Jadi? Kelanjutannya bagaimana?”

“Aku mengadu pada papa kalau novelku ditolak. Papa juga sangat kesal pada penerbit mayor itu! Untungnya papa punya kenalan direktur utama sebuah penerbit mayor lain! Hahaha. Jadilah papa menghubungi kenalannya itu dan memintanya menerbitkan novelku.”

“Akhirnya naskahmu diterima?” Kaluna.

“Iya, dong! Wuhuuu! Keren banget kan, aku? Sekarang naskahnya sedang dalam proses penerbitan! Nanti kalau terbit, kalian, teman-teman baikku, harus beli, ya! HARUS! Terus nanti kalian harus minta tanda tanganku! Hahaha. Elea, kamu juga harus beli! Hihi, akhirnya aku sama sepertimu, El! Kita sama-sama punya karya!”

Jijik. Menjijikkan. Rasanya Elea ingin menginjak-injak kepala Lamia saat itu juga. Tapi ia masih sempat meresponnya dengan kebahagiaan yang dibuat-buat. “Wah, selamat, Lam! Boleh aku lihat naskahnya? Pasti kamu punya soft file-nya, kan?”

“Oh! Boleh! Tentu saja punya!” lalu ditunjukkan Lamia pada Elea naskahnya, melalui gawai. “Pasti kamu akan sangat terkesan pada ceritaku, El! Hihi.”

Setelah Elea membacanya sepintas, ternyata isinya jauh lebih buruk daripada cerita picisan yang ditulis anak SD.

Tak hanya Lamia. Yang lain juga memamerkan kemunafikannya, dengan bangga.

Sambara. “Guys! Kalian tahu? Aku telah diterima di salah satu perusahaan besar, loh! Pamanku salah satu petinggi di sana, jadi dengan mudahnya aku masuk, tanpa harus mengirimkan berkas dan mengikuti wawancara! Hahaha. Keren kan, aku? Jalur ekspres! Aku sudah satu bulan bekerja dan kemarin baru saja gajian! Makanya aku mengajak reuni supaya bisa mentraktir kalian!”

Baca juga  Kisah Inspiratif - Panggung Kemerdekaan di Rumah (Bagian 1)

Makanan haram yang dibeli dengan uang haram tercerna sempurna di lambung dan usus mereka.

Wistara. “Wihhh, aku sama juga nih, kayak Sambara! Dari dulu tentu kalian sudah tahu kalau keluarga jauhku punya bisnis penerbitan buku bajakan, kan? Gila, woi. Awalnya aku nggak diterima di sana gara-gara katanya mereka nggak yakin dengan kinerjaku. Tapi untungnya orang tuaku yang baik hati bak malaikat membayar mereka dengan jumlah yang tak sedikit. Akhirnya aku resmi bekerja di sana, deh!”

Sudahlah bajakan, masih harus menyuap pula.

 

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru