email : [email protected]

25.7 C
Jambi City
Kamis, Mei 2, 2024
- Advertisement -

Cerpen: Gadis Nadir Bersimbah Kirana Kartika (Bagian 2)

Populer

Penulis: Ghina Syauqila

Elea tahu titik mula kebangkitan perasaan tak berharganya.

Sebelum menghadiri undangan ‘reuni kecil-kecilan’ itu, ia sempat mengunjungi toko buku. Menyambangi rak novel. Beberapa bulan lalu, novel karyanya masih eksis di antara deretan ratusan buku. Tapi hingga ia memeriksanya di toko buku terakhir kali, hari itu, selama beberapa jam, ia tak menemukan nama Eleanor H. Lanakila di salah satunya. Ternyata eksistensi novelnya memang telah berakhir. Novelnya tak pernah dicetak lagi. Dari semakin menipisnya royalti yang terakhir ia terima beberapa bulan lalu pula, harusnya ia tahu bahwa novelnya sudah tak laku lagi.

Tapi Elea masih mampu menguatkan dirinya.

Tidak apa-apa, pikirnya. Ia sekarang sedang menulis naskah novel baru, yang ia kerjakan dengan konsisten setiap hari, menyertakan hati yang penuh dan jiwa yang utuh. Di hari itu, pengerjaan naskah genap dua bulan. Itu pun baru setengahnya. Sebelumnya, satu bulan lampau, ia menerima konfirmasi penolakan naskah dari penerbit yang pernah ia kirimi naskah sebelumnya. Tapi lagi-lagi, tidak apa-apa, batinnya. Ia jamin, naskah yang sedang ditulisnya akan jauh, jauh, dan jauh lebih baik dan menarik dari naskah-naskah lainnya yang pernah ia tulis.

Ya. Elea masih sanggup meneguhkan hatinya, sampai kalimat yang disuarakan Lamia menikam jantungnya.

“Beberapa bulan ini aku sedang jatuh cinta pada sebuah film romantis. Jadi aku menulis sebuah naskah novel yang mirip dengan film itu, hihi. Aku ubah sedikit saja. Seperti nama tokohnya serta setting tempatnya. Hanya dalam sebulan naskah itu jadi.”

Elea tahu itu salah. Bukankah ia baru saja mendengarkan pengakuan nyata bahwa Lamia melakukan aksi plagiarisme dari orangnya sendiri? Lalu… satu bulan. Sedangkan ia, dua bulan belum selesai. Jujur, hati Elea agaknya tersikut. Ia iri. Lantas mempertanyakan dalam hati kapan naskahnya akan selesai.

Baca juga  DIBALIK ECO BRICK

Pada dasarnya, Lamia tidak suka menulis. Manalah. Ia saja tak suka apa-apa, tak berminat dalam bidang mana pun. Kerjanya hanya bermalas-malasan dan tebar pesona. Oh, tidak. Ralat. Lamia punya minat. Ya, dua itu. Bermalas-malasan dan tebar pesona. Jangankan menulis, membaca saja ia enggan. Kalau diajak mengobrol soal buku atau novel, mana tau. Pasti ia bersikap macam orang bahlul yang linglung. Isi otaknya minim. Tapi hari itu, Elea mendengar Lamia menulis sebuah novel. Novel plagiat, tepatnya. Tapi yang Elea cerna, tetap saja itu sebuah novel! Kecemburuan Elea mulai naik ke tenggorokan.

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru