Oleh: Agustia Gafar
(Penulis adalah mahasiswa universitas Jambi)
Pada pemilu (pemilihan umum) 2019 Jokowi mendapat suara terbanyak dari Papua yang bahkan bisa dikatakan 10 kali lipat dibandingkan dengan suara yang di peroleh Prabowo, menurut pimpinan rapat kpu “Hasyim Asy’ari” mengatakan suara sah: Jokowi 3 juta dan Prabowo 311 ribu suara.
Namun bukan masalah hasil pemilu yang penulis ingin bahas, penulis mencoba untuk menggunakan logika saja.
Saat ini kerusuhan papua semakin membara sampai-sampai pada tanggal 17 agustus 2019 bertepatan pada hari kemerdekaan Indonesia, Papua tidak ikut serta dalam perayaan kemerdekaan, ini di akibatkan mereka sudah muak, sakit hati, dengan apa yang pemerintah atau pejabat negara lakukan kepada mereka, mereka di anggap sebagai anak bawang bagi negara Indonesia bahkan pada tanggal 17 agustus 2019 kemaren masyarakat papua mengibarkan bendera bintang kejora di depan istana, depan asrama papua surabaya dan di wilayah maroke(papua), ini lah Bentuk kekecewaan masyarakat Papua.
Logikanya jika satu wilayah hampir semua memilih kita otomatis di wilayah tersebut pro sekali dengan kita apapun yang orang katakan tentang kita orang tidak akan percaya, orang mau bilang kita maling, pezina, pendusta, dan lainnya orang akan tetap nyaman dan menilai kita baik, contoh:fpi(from pembela Islam) pro dengan Prabowo nah mereka akan membela Prabowo mati-matian dan juga banzer(Nahdlatul ulama) pro ke Jokowi mereka juga akan mempertahankan walau apapun yang bakal terjadi dengan mereka.