Oleh : Hendri. Y
Tulisan ini tidak berkualitas, tapi bisa menguras isi tas, jika tidak dibaca tuntas.
Tentang takut. Setiap orang pasti punya rasa takut, kadang rasa takut itu dianggap sangat manusiawi. Siapa saja punya rasa itu, sendiri atau bersama. Kadang tiba-tiba muncul, apalagi jika rasa takut itu dibumbui dengan cerita-cerita mistis.
Rasa takut adalah kondisi dimana psikologis seseorang sedang berada dalam nadir terendah, sedang mengalami tekanan psikologis. Biasanya rasa takut akan muncul tiba-tiba. Rasa takut juga muncul pada saat mengalami ancaman dari pihak luar, misalnya binatang buas atau tidak criminal yang mengancam keselamatan jiwa.
Rasa takut seperti ini adalah hal lumrah dan sangat manusiawi, berbeda ketika seseorang tiba-tiba takut pada saat melewati wilayah yang “angker”. Bulu kuduk merinding padahal tidak terjadi apa-apa. Rasa takut ini disebabkan oleh adanya makhluk lain yang berada didekat orang tersebut.
Rasa takut yang tidak manusiawi ini dapat membuat seseorang terkentut-kentut. Bahkan lari terbirit-birit akibat terlalu berhalusinasi. Kondisi ini tidak hanya dialami satu dua orang saja, hampir semua orang mengalami rasa takut yang diluar nalar. Ketika rasa takut ini terlalu berlebihan maka seseorang menjadi susah buang angin (kentut). Padahal biaya untuk sekedar operasi kentut saja bisa jutaan rupiah.
Kentut sebagaimana lazimnya adalah hasil metabolism dalam tubuh akibat terlalu banyaknya gas yang ada. Sehingga secara medis, tubuh akan mengeluarkan gas tersebut, karena jika tidak maka akan mengganggu mekanisme kerja dalam tubuh seseorang. Makanya siapapun dilarang untuk menahan kentut, karena alasan diatas. Namun tentunya mesti memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, jangan sampai merusak lingkungan.
Jika dikaitkan dengan kondisi sekarang, para politisi seperti kentut. Keberadaannya menimbulkan bau yang tidak sedap, apalagi tidak memperjuangkan aspirasi masyarakat. Lihatlah kondisi hari ini, Sumatera dan Kalimantan sedang dilanda asap yang makin mengkhawatirkan. Indeks polusinya masuk kategori berbahaya, namun para politisi justru sibuk dengan pelantikan, sibuk dengan pencitraan. Padahal pileg belum terlalu lama berlangsung, dimana dulu berkoar minta dukungan rakyat agar terpilih. Dan janji akan memperjuangan aspirasi masyarakat. Kini setelah jadi dan dilantik, tak satupun mereka bersuara, hanya sayup-sayup terdengar suara mahasiswa berteriak ditengah kepulan asap karhutla.
Disini kita semua paham, keberadaan politisi itu sudah seperti kentut, ada tapi hanya baunya.