Oerban.com – Perkembangan cepat kecerdasan buatan (AI) telah mengubah lanskap kehidupan manusia, menjanjikan transformasi besar dalam ekonomi global dan pasar tenaga kerja.
AI adalah simulasi kecerdasan manusia oleh mesin yang dapat belajar, beradaptasi, bahkan melampaui kemampuan manusia dalam tugas tertentu. Transformasi ini dianggap setara dengan Revolusi Industri yang mengubah paradigma perekonomian secara signifikan.
Dampak AI yang semakin meluas, dari layanan kesehatan hingga keuangan, menimbulkan minat dan kekhawatiran tentang potensinya untuk mengubah dunia, terutama dalam sektor pekerjaan.
Baca juga: Mantan PM Pakistan Imran Khan Divonis 10 Tahun Penjara karena Rahasia Negara
Menurut laporan terbaru dari IMF, AI berpotensi mempengaruhi hingga 40% pekerjaan global, terutama di lingkungan kantor, dengan risiko meningkatnya kesenjangan pendapatan.
“AI akan mengubah perekonomian global secara signifikan, dan beberapa komentator melihatnya sebagai sebuah revolusi industri baru,” ungkapnya.
Profesor ilmu teknik dari Universitas Oxford, Philip Torr, menyampaikan bahwa dalam waktu dekat, terjadi pergeseran pekerjaan, dimana banyak orang beralih dari pembuatan konten ke kurasi atau pemantauan konten dengan bantuan AI.
Torr menekankan bahwa pekerjaan kantoran akan mengalami dampak signifikan, sementara pekerjaan dengan kontak manusia seperti perawat dan penata rambut akan lebih sedikit terpengaruh.
“Jika kita sampai pada AI secara umum, maka mesin akan lebih pintar dari kita. Jika kita mengembangkan robot hingga mencapai tingkat kinerja manusia, maka mesin akan mampu melakukan semua pekerjaan yang dilakukan manusia. Elon Musk sudah sesumbar bahwa dia akan menempatkan semua orang kehilangan pekerjaan,” kata Torr, mengomentari kemungkinan dampak jangka panjang AI terhadap lapangan kerja global.
Peneliti dari Universitas Oxford, dalam survei melibatkan lebih dari 2.700 ahli, meramalkan bahwa pada tahun 2116, AI memiliki potensi untuk mengotomatisasi seluruh pekerjaan manusia.
Perkembangan seperti adopsi AI Generatif (GenAI), termasuk kemunculan ChatGPT, mempercepat proses transformasi ini. Profesional semakin banyak menggunakan alat GenAI, seperti ChatGPT dan Google Bard, untuk tugas-tugas yang melibatkan pembuatan teks dan kode kreatif.
Di sektor keuangan, AI telah melebihi kemampuan manusia dalam analisis pasar, sementara desainer grafis bersaing langsung dengan karya seni yang dihasilkan oleh AI.
Philip Torr menyatakan perlunya pemikiran ulang terkait kepemilikan AI, dengan visi mencapai “AI Utopia” di mana AI menjadi milik publik, menolak kapitalisme yang dianggapnya sudah tak relevan.
Beberapa pekerjaan mungkin akan menghilang, dan menurut Andrew Rogoyski dari Universitas Surrey, belum ada yang tahu sepenuhnya dampak jangka panjang GenAI.
Rogoyski menyatakan bahwa model seperti ChatGPT telah menunjukkan potensi awal GenAI, mempengaruhi berbagai karier termasuk jurnalisme, penulisan naskah, administrasi, hukum, dan desain grafis. Dia menekankan perlunya adaptasi dengan pembelajaran keterampilan baru karena evolusi teknologi merubah lanskap pekerjaan.
Andrew Rogoyski menyoroti kejutan melihat dampak GenAI pada pekerjaan kreatif, kontrast dengan asumsi awal bahwa pekerjaan manual rendah keterampilan yang pertama terkena dampak.
IMF memproyeksikan bahwa hingga 60% pekerjaan di negara maju dapat terpengaruh oleh AI, dengan pekerjaan fisik dan kerajinan terbukti lebih aman dari dampaknya.
Walaupun sekitar 50% pekerjaan rentan dapat meningkatkan produktivitas melalui integrasi AI, setengah lainnya dapat tergantikan oleh aplikasi AI, mengurangi permintaan tenaga kerja dan potensialnya menurunkan upah serta pengurangan perekrutan, demikian diungkapkan.
“Dalam kasus yang paling ekstrim, beberapa pekerjaan ini mungkin hilang,” demikian peringatan dalam sebuah laporan.
Andrew Rogoyski mencatat bahwa AI, sejak kemunculannya bertahun-tahun yang lalu, telah meningkatkan sektor layanan kesehatan, pengembangan obat-obatan, penemuan material, serta logistik. Selain itu, AI juga memfasilitasi pencarian di internet.
“AI bukanlah hal baru, namun dampaknya semakin cepat,” jelasnya.
“Saat menggunakan AI, kita mungkin harus memikirkan fakta bahwa GenAI sebagian besar didorong oleh segelintir perusahaan besar AS. Kita tidak mengontrol apa yang mereka kembangkan atau bagaimana mereka menerapkan teknologi tersebut. Hal ini akan menimbulkan kekhawatiran di banyak negara. yang ingin menjaga kedaulatan ekosistem digitalnya,” imbuhnya.
Usama Fayyad, direktur eksekutif Institute for Experiential Artificial Intelligence di Northeastern University, meyakini bahwa dalam era yang semakin digital, peluang bagi AI dan algoritma untuk berperan semakin meningkat.
Menyamakan perkembangan AI dengan penemuan ponsel, Fayyad menekankan dampak signifikan AI dalam bisnis dan komunikasi, sambil mencatat bahwa AI juga dapat menjadi alat efektif untuk menyebarkan informasi di media sosial dan unsur-unsur tak terduga sebelumnya.
“Jadi, saya pikir kita akan melihat efek serupa di sini. Ketika masyarakat semakin mengenal teknologi dan kemampuannya, mereka akan menemukan cara-cara baru yang tidak terbayangkan sebelumnya.”
Fayyad memberikan contoh perubahan dalam keterampilan yang dibutuhkan untuk seorang akuntan seiring pengaruh AI pada lanskap lapangan kerja global. Dia menekankan bahwa di masa lalu, seorang akuntan perlu memiliki tulisan tangan yang baik, keterampilan penjumlahan yang baik, dan kemahiran menggunakan buku besar.
“Jika Anda bertanya tentang pekerjaan hari ini, sebagian besar keterampilan yang saya bicarakan tidak relevan. Tulisan tangan Anda tidak penting. Kemampuan Anda menangani buku besar tidak penting.tidak penting. Kemampuan Anda menangani buku besar tidak penting.
“Apakah kita mempunyai lebih sedikit akuntan saat ini atau lebih banyak? Dan jawabannya adalah kita memiliki lebih banyak akuntan saat ini dibandingkan yang pernah kita miliki dalam sejarah peradaban manusia,” ia menggarisbawahi.
Fayyad menjelaskan bahwa otomatisasi dapat mendorong demokratisasi fungsi tertentu, memberikan relevansi yang lebih besar bagi bisnis kecil. Dia menyatakan bahwa sekarang, departemen dan organisasi berskala lebih kecil, termasuk individu, memiliki akses terhadap keterampilan akuntansi. Hal ini mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan jumlah akuntan saat ini dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Seringkali, orang bertanya kepada saya apakah pekerjaan mereka akan digantikan oleh AI. Jawaban saya tegas: tidak sama sekali. AI sendiri tidak akan menggantikan pekerjaan Anda. Namun, manusia yang efektif menggunakan AI memiliki potensi menggantikan peran Anda jika Anda tidak memanfaatkannya dengan baik.
Pekerjaan yang memerlukan keterampilan manual tinggi mungkin menjadi kandidat paling mungkin untuk terhindar dari pengaruh AI. Meskipun demikian, AI dapat memanfaatkan dan mengembangkan strategi optimalisasi yang dapat mempengaruhi pekerjaan tersebut.
Knightley menekankan bahwa setiap orang harus menerima bahwa perubahan akan terjadi pada pekerjaan mereka, dan mereka yang bersedia belajar dan memanfaatkannya secara efektif akan mendapatkan manfaat terbesar atau setidaknya tidak terlalu terkena dampaknya.
Sumber: Daily Sabah