Sinabang, Oerban.com – Usaha pembangunan pertanian terus mendapat perhatian utama dari kementerian pertanian. Melalui berbagai program yang sedang diusahakan, antara lain tiga kali ekspor, sapi kerbau komoditas andalan, petani milenial serta menjaga swasembada pangan. Semua program tersebut dipusatkan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan agenda utamanya “KOSTRATANI” yakni Komando Pembangunan Pertanian. (20/02/2020)
Kabupaten Simeulue yang merupakan salah satu wilayah kerja Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jambi masuk kedalam Provinsi Aceh yang termasuk masih jarang tersentuh oleh teknologi. Padahal Simeulue merupakan kabupaten dengan luas areal tanaman padinya mencapai 7175 hektar. Akan tetapi tingkat produksinya masih rendah berkisar 3 ton perhektar.
Rendahnya tingkat produksi menyebabkan kabupaten Simeulue mendatangkan beras dari kabupaten tetangga sebesar 7.500 ton karena hanya mampu menghasilkan separuh dari kebutuhan pertahun.
Berdasarkan informasi yang didapat dari pihak dinas pertanian dan tanaman pangan maka Bapeltan Jambi merumuskan untuk mengadakan pelatihan tematik bagi petani yang ada di wilayah Simeulue sehingga dapat memberikan sedikit sentuhan teknologi.
Kepala dinas pertanian dan tanaman pangan kabupaten Simeulue menyampaikan betapa perlunya sentuhan teknologi sehingga dapat mendongkrak produksi padi di wilayahnya. Kehadiran Bapeltan Jambi yang menjadi perpanjangan tangan kementerian pertanian sangat diharapkan mampu memberikan solusi yang tengah dihadapi.
“Kondisi kita di Simeulue masih sangat rendah dari sisi produksi, kemampuan produksi petani kita hanya 3 ton perhektar. Kami sangat senang dengan kegiatan yang difasilitasi oleh kementerian pertanian melalui Bapeltan Jambi. Dan diharapkan ada teknologi tepat guna yang bisa kita gunakan di areal pertanaman padi”, ungkap kadis Simeulue Syamsuar.
Sementara itu Bapeltan Jambi menyampaikan betapa pentingnya kegiatan pelatihan ini, sehingga diharapkan kedepan dapat semakin erat dalam membangun kerjasama khususnya di Kabupaten Simeulue.
Penulis: Izatul Janah
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini
