Takengon, Oerban.com – Sejak digulirkannya program gerakan tiga kali ekspor (gratieks) oleh menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo, Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jambi terus menyisir petani muda ataupun petani yang telah melakukan kegiatan ekspor diwilayah kerjanya, tak ketinggalan Kabupaten Aceh Tengah. (24/02/2020)
Aceh Tengah merupakan wilayah potensi kopi dengan brand “Kopi Gayo” nya tentu sangat banyak pelaku utama dan pelaku usaha yang bersentuhan langsung dengan kegiatan ekspor kopi. Dengan luas lahan mencapai 48.701 hektar tingkat produksi perhektar rata-rata 1,2 sampai 2 ton perhektar. Kopi yang diproduksi oleh para petani ini memiliki cita rasa yang tinggii sehingga pasar dalam dan luar negeri berlomba untuk menjadikan kopi Gayo sebagai bahan utama olahan kopi mereka.
Adanya permintaan pasar yang terbuka lebar ini mendorong beberapa orang petani langsung menjadi pelaku usaha, dengan menggandeng eksportir dari luar negeri. Dari hasil inventarisir tim Bapeltan Jambi dilapangan didapat tiga orang pemuda yang telah melakukan kegiatan ekspor kopi. Mereka adalah Dulanser, Hendrika, dan Rinaldi, ketiga orang ini adalah pelaku utama sekaligus sebagai pelaku usaha.
Dulanser misalnya sedang mengembangkan kopi bercita rasa wine (wine kopi) karena pasar yang ditujunya menginginkan kopi dengan cita rasa tersebut. Pasar yang dituju adalah Taiwan dan Korea Selatan.
“Mereka (Taiwan dan Korsel) tertarik dengan cita rasa kopi wine ini, maka produk kita dibuat dengan sedemikian rupa. Prosesnya terletak pada saat panen, sortasi, dan fermentasi. Proses penjemuran dilakukan didalam green house yang dimodifikasi sehingga tidak merubah cita rasa,” ungkap Dulanser.
Senada dengan Dul, Hendrika lebih memilih mengekspor kopi green bean, karena permintaan konsumen di Taiwan seperti itu. Dengan melibatkan petani disekitarnya yang rata-rata masih berumur 20an tahun, Hendrika mengirimkan kopi ke Taiwan sekitar 300 kg melalui kontainer di Belawan.
“Konsumen meminta jenis kopi green bean, biasanya kita kirim 300 sampai 500 kg kesana. Karena untuk ekspor tonasenya 18 Ton, maka kita numpang dengan DO di Belawan-Medan,” jelas Hendrika.
Sementara itu baru-baru ini menteri pertanian di Medan menyampaikan akan mengekspor kopi ke 11 negara. “Saya akan bawa juga kopi kita ke 11 negara. Untuk tingkatkan volume ekspor dan memperluas akses pasar, kita lakukan diplomasi ‘minum kopi’ ini,” terangnya.
Menindaklanjuti keinginan menteri pertanian tersebut, Bapeltan Jambi akan mendorong petani milenial di Aceh Tengah ini untuk terus didampingi, termasuk mendorong mereka agar membentuk Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S), sehingga akan terjadi akselerasi bagi petani muda lainnya untuk sama-sama mengembangkan komoditas kopi di Aceh Tengah.
Penulis : Izatul Janah
Editor : Tim Redaksi Oerban