Muaro Jambi, Kementerian Pertanian saat ini sedang menggaungkan konsep smart farming lahan rawa. Pengelolaan pertanian ini berbasis teknologi canggih yang adaptif untuk digunakan di lahan rawa dan dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah, daya saing,keamanan lingkungan dan tentunya keuntungan yang berkelanjutan.
Ada 4 syarat yang harus dimiliki untuk menjadi petani yang smart di lahan rawa. Yang pertama communication yaitu menjalin komunikasi dengan ppl maupun sesama petani, kedua critical thinking yaitu mampu berpikir kritis dengan kondisi yang terjadi di sekitar, ketiga creativity yakni bisa memanfaatkan segala yang ada disekitar menjadi lebih berguna dan yang keempat collaboration yaitu kerjasama yang baik dengan orang lain. Sedangkan untuk indikator smart farming di lahan rawa ini ada tiga hal, yaitu modern, sustainability (keberlanjutan) dan traceability (dapat ditelusuri).
Permodelan ini merupakan cara Kementerian Pertanian untuk menuju pertanian yang maju, mandiri dan modern. Target pemenuhan kebutuhan pangan yang sebanding dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya memerlukan pengelolaan bahan berbasis teknologi modern. Namun harus tetap mengakomodir kearifan lokal dengan mengedepankan prinsip pertanian digital. Hasil akhir yang ingin dicapai adalah meningkatkan produktivitas, meminimalisir dampak lingkungan dan efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada di lahan rawa.
Hal ini yang dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi yang bekerjasama dengan BPP Model Kostratani Air Hangat Timur (AHT) dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pengembangan lahan rawa di Kelompok Tani Harapan Jaya dan Kelompok Tani Payo Lebar.
Koordinator BPP Model Kostratani Air Hangat Timur, Muftarudin mengaku senang dengan kedatangan tim monev. Beliau berharap ada sesuatu yang baru nantinya yang dihasilkan oleh tim monev ini untuk perkembangan pertanian di Kecamatan Air Hangat Timur kedepannya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan petani dan penyuluh harus tetap melakukan tanam. “Petani, penyuluh dan insan pertanian harus tanam, tanam, tanam. Banyak lahan yang bisa dimanfaatkan. Ada lahan kering, lahan rawa bahkan lahan pekarangan. Intinya kita tidak boleh berhenti menanam. Karena kebutuhan pangan masyarakat Indonesia harus terus dipenuhi dalam kondisi seperti ini,” kata Dedi. (WN)