Oleh: Muthia Arrahmah
“ketika kita meninggalkan karena Allah Swt, gapapa.
In syaa Allah, Allah akan mengaganti yang lebih baik lagi, yang tidak pernah kita duga”
Seluk beluk berperang hati yang jauh dalam kedamaiannya, pelosok jiwa raganya melayang ditengah rimba, cerita lama akhirnya bangkit juga dikediaman pohon milik tetangga. Gerimis hujan tak hentinya diam, sorotan aksi berbagai dimedia masa. Langkah kecil membuatku diam terkesima, suara adzan berada dimana-mana, menarik hati untuk sujud kepadaNya. Semboyan hati mulai ragu-ragu, ya Allah tunjukilah jalanmu.
Aku berada dalam sebuah titik yang tiada maknanya, berlarut-larut dalam dosa, terjeret hati disekitar palangan berbau neraka. Aku tau ini adalah hubungan yang salah, yang tiada mestinya untuk dijalani. Aku tau ini dosa, tapi aku belum bisa menemukan kunci bak mutiara yang mendorong agar aku tidak terperangkap disana. Aku tau karena aku sangat berdosa, tidak sanggup berbicara ketika gelapnya ditengah keramaian.
Help me Ya Allah.
Pada akhirnya aku mengikuti seminar yang diajak oleh sahabat baruku.
Seminarnya sangat bermanfaat bagi langkahku yang kian kini membuat hatiku damai disebuah gedung begitu banyak memorinya. Banyak yang kudapat materi-materi yang luar biasa, sehingga hatiku menggugah dan keyakinan yang menaik dan daya pikir ku terus berlara diperjalanan itu. Saat itu kegiatannya memang sangat mendorong langkahku ketika mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat? Iya, aku tersentuh disaat sahabat baruku sangat menyuportkanku dikala aku salah jalan dalam menempati sebuah hubungan yang hasilnya dosa.
Kita berbeda!
Disaat aku berada di kerohanianku, dan kau berada dengan ibadah mu. Aku sudah banyak menabung dosa, sekaligus plus-plus. Dan aku ingin berakhir secepatnya.
Tepatnya penghujung september, dengan wajah yang sangat pucat, tubuh mulai bergetar, dan tangisan-tangisan itu tiada berunjung berhenti. Dibawah pohon yang penuh kedamaian(pohon itu menyelimuti kami berdua, disudut kota yang berlalu lalang disaat manusia beraktifitas) saat itulah sahabatku memelukku dengan tenangnya, dan menggegam sebuah handphone. Dengan sentak beliau mengatakan “bismillah aja, ikhlas karena Allah, semuanya jalan seperti biasa, bahkan hasilnya tak terduga-duga”.
Hirup nafas untuk beberapa kalinya, saat itu aku sampaikan pesan kepadanya.
Ana:Maaf fah, sepertinya kita sudahan saja “tegasku dalam mengambil sebuah keputusan”
fah :Apa? Maksudnya kita putus? “jawabnya”
Ana :Iya, aku tidak mau hubungan kita berlarut-larut dengan dosa, dan aku tidak mau terjebak dalam neraka, aku ingin meraih JannahNya serta ridhoNya. “balasku”
Fah: Kenapa tidak dari dulu? Kenapa disaat aku sangat sayang padamu, kamu mengungkapkannya(sedih)? “tanyanya”
Ana:Maaf sangat, aku baru tau, dan aku baru sadar, diagamaku tidak boleh menjalani hubungan yang tanpa ijabnya yang tanpa resminya yang tanpa ridhoNya, aku tidak mau kita sama-sama dapat dosa, dengan ringan hati. Aku ingin kita sudahan, maafkan selama ini aku salah dan menjalani hubungan salah ini, dengan menuruti nafsuku, imanku terkalahkan. Dan aku tidak mau itu terjadi lagi, mulai sekarang aku ingin lebih dekat denganNya. Aku ingin bersamaNya, aku ingin kembali kejalanNya.”ucapku dengan penuh kesabaran”
Fah: kalau itu maumu, aku tidak bisa memaksa, jujur aku sangat kecewa,kecewa dan kecewa. Ibarat pohon cintaku mulai tumbuh dan menjadi mekar dibathin ku, seenaknya kau musnahkan pohon ini, kau hancurkan dan kau patahkan dengan pisau yang sangat menerkam dihatiku. Tetapi, ketahuilah satu hal, “aku tetap sayang” padamu.
Ana: sekali lagi aku mintak maaf, atas keputusan ini jujur, ini sangat berat. In syaa Allah aku ada Allah yang selalu senantiasa menolong hambanya yang ingin taubat dan kembali dekapanNya. Dan kamu, kamu punya Tuhan. Wallahualam, kalau kita jodoh, in syaa Allah dipertemukan kembali dengan jalan yang indah, jalan yang mulia dan jalan menuju kita keJannahNya. Bukan sebaliknya (neraka)
Fah: oke, aku paham. Aku hanya bisa mendo’akanmu dengan keputusan serta jalan terbaikmu. Terima kasih untuk selama ini. (maaf aku blokir)
Dengan lillah nya, awal bismillah. Sekujup jiwa ragaku terlepas dari kata “PACARAN”. Aku sangat terharu dan bahagianya, sudah melewati pikiran yang tidak jelas ini, hampir separuh bebanku sudah musnah. Dengan tenangnya kupeluk sahabatku erat-erat sambil mengucapkan terima kasih, karenanya aku mulai hijrah, melalui perantara, Allah memberikan sahabat terbaik untuk dunia dan akhirat, serta syurganya kelak. In syaa Allah.
Hari itu juga, aku paksakan diri ini untuk tidak terbesit lagi, tidak lemah, dan tidak berlarut dalam kesedihan. Soalnya yang membuatku terjebak dalam hubungan haram, dengan komitmen hati, percaya diri dan penuh semangat. Tak terasa, langkah HIJRAH itu sungguh nikmat. Memang goda’an itu ada dimana-mana. Menoleh kekanan- dan kekiri itu membuat ku sadar, bahwa aku mengikuti alur yang salah, istiqomah yang tiada hentinya, sampai sepanjang masa atau akhir hayat. Itulah aku bisa bertahan dengan Hijrahku
Kemudian harinya, aku sudah banyak mengikuti kajian-kajian islam, yang sangat membangun dan membangkitkan ku untuk Berhijrah dijalanNya. Aku menemui orang-orang hebat, prestasi luar biasa dan berteman dengan teman-teman shalihah.
Saat itulah aku tau, inilah Jalan yang sebenarnya, jalan yang sangat dirdhoi oleh Allah SWT. KepadaNya kutumpahkan kasih sayang dan kepadaNya kutumpahkan rasa cintaku. Tiada lagi tersesat didalam hati, dengan ujian cinta,cinta dan cinta. Kini ku ikhlaskan karenaNya, ku pasrahkan karenaNya, dan ku percayakan hanya kepadaNya.
Janji Allah itu ada, janji Allah itu pasti, janji Allah tak terduga-duga.
- Advertisement -
HIJRAH CINTA
- Advertisement -