Penulis : Ghina Syauqila
Alumni Jurusan Psikologi Universitas Jambi
Sahabat, pasti istilah self-love tak asing lagi terdengar di telinga kita, lahirnya istilah self-love ibarat menjadi peradaban bagi mental health awareness yang sebelumnya masih dianggap tabu oleh kebanyakan orang, mendobrak kesadaran bagi diri akan pentingnya mencintai diri sendiri. Istilah self-love saat ini menjadi istilah manis yang tak kalah romantis dibandingkan kata-kata cinta yang pernah ada.
Self-love, ringkasnya diartikan sebagai mencintai diri sendiri. Tapi secara praktikalnya, orang-orang masih banyak yang salah kaprah dalam mendefinisikannya. Memangnya self-love sesungguhnya apa, sih?
Self-love itu bukan mencintai diri sendiri apapun keadaannya, melainkan berusaha memenuhi dan memperbaiki keadaan diri.
Banyak orang yang menilai bahwa self-love merupakan bentuk mencintai keadaan diri seutuhnya, termasuk kekurangan diri serta karakter dan kebiasaan buruk yang dimiliki. Bisa juga dengan ‘pasrah’ menerima apapun yang terjadi pada dirinya tanpa mau memperbaiki keadaan. Seperti misalnya, seseorang mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, namun tidak berusaha untuk meningkatkan nilainya. Atau misalnya seseorang sedang mengalami kegagalan dan merasa bersedih hati, namun tak berusaha menyudahi kesedihan yang hadir, sehingga berdampak negatif pada dirinya.
Padahal seseorang yang benar-benar mencintai dirinya sendiri seharusnya berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dan memperbaiki keadaan dirinya. Orang yang mencintai dirinya dengan benar tidak akan membiarkan dirinya terpuruk terlalu lama, apalagi sampai tak mau makan, tak bisa tidur, sulit untuk tersenyum, dan lain-lain. Ia akan berusaha membuat dirinya kembali bangkit dan beresiliensi dengan semangat baru. Pun jika seseorang tersebut dilanda kondisi yang menyulitkan, ia akan berjuang untuk meningkatkan nilai dirinya dan memperbaiki keadaan dengan positif.
Self-love itu bukan “yang penting diriku nyaman, tidak perlu memikirkan orang lain”, melainkan “aku akan memikirkan diriku dan orang terdekatku, agar kami dapat saling mendukung dan memberikan kenyamanan.”
Orang-orang juga beranggapan bahwasanya cinta kepada diri sendiri hanyalah menyangkut dirinya pribadi, tak ada hubungannya dengan memikirkan orang lain. Baginya, yang penting dirinya senang, dengan standar kesenangannya sendiri, tanpa berpikir apakah standar kesenangan pribadi yang ditetapkannya itu dapat merugikan orang lain. Misalnya kita ilustrasikan dengan situasi antrean panjang di suatu toko. Karena tidak mau kerepotan dan kelelahan mengantre, seseorang menyerobot antrean orang lain, dengan anggapan ia sedang berbuat baik pada dirinya sendiri sebagai bentuk self-love. Tentu hal tersebut merugikan orang lain dan membuat orang lain merasa jengkel, bukan?
Self-love yang sebenarnya adalah tentang menghargai dan menghormati hak orang lain. Yang dinamakan sebenar-benarnya self-love juga tentang bagaimana kita tak hanya berbuat baik pada diri sendiri, namun juga orang lain. Kenyamanan dan kebahagiaan sesungguhnya yang dapat dirasakan diri adalah ketika kita dapat berbagi kebaikan dan kebermanfaatan bagi orang lain.
Self-love itu bukan tentang tak mau memikirkan kekurangan diri dengan alasan tak mau menambah beban pikiran, melainkan tentang bagaimana kita belajar peka tentang diri sendiri sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap kekurangan diri, melakukan introspeksi diri secara rutin, dan memperbaiki diri agar bertransformasi menjadi lebih baik. Karena sejatinya, cinta kepada diri sendiri itu akan memacu dan memotivasi kita untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan positif.
Self-love itu bukan merasa tak perlu mendengarkan saran orang lain tentang diri kita karena kita telah mencintai diri kita sendiri, melainkan bagaimana kita secara cerdas dapat memilih dan memilah saran orang lain yang ingin kita ambil untuk membangun diri kita menjadi lebih baik.
Self-love yang sesungguhnya itu seharusnya tidak akan mengendur dan luntur hanya karena di sekeliling kita tidak ada orang yang mengungkapkan cintanya pada kita, justru self-love yang sesungguhnya akan membuat diri kita merasa cukup dengan cinta yang kita berikan dari diri sendiri, untuk diri sendiri.
Nah, jadi Sahabat, apa selama ini Sahabat telah mencintai diri sendiri dengan sebenar-benarnya?