Sumba, Oerban.com – Kementerian Pertanian sedang menyusun program perluasan kawasan food estate Sumba Tengah yang direncanakan berlangsung hingga 2024. .
Food Estate menurut Mentan SYL adalah implementasi arahan Presiden Joko Widodo untuk menyediakan ketersediaan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia. Kawasan food estate di Kabupaten Sumba Tengah yang diresmikan Presiden pada Februari 2021 memiliki luas lahan 11 ribu hektare terdiri dari kawasan lahan yang telah ditanami padi seluas 5.400 hektare dan 5.600 hektare ditanami jagung serta palawija.
“Dengan segala upaya, kita bersama yakinkan bahwa Sumba Tengah dan NTT tidak main-main merubah kehidupan dan peradaban. Dan Saya datang menangkap keseriusan. Sumba Tengah jangan mau kalah dengan daerah yang lain, apalagi dengan sesama daerah di NTT,” pungkas SYL.
Saat mendampingi Kunjungan Kerja Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kepulauan Sumba, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Tengah, Umbu Kalikut Pari mengatakan hasil panen para petani dari kawasan food estate sangat menggembirakan (26/05).
Dia menegaskan kehadiran food estate telah memberikan dampak positif terhadap pembangunan sektor pertanian karena meningkatkan produktivitas dan menambah frekuensi panen tanaman pangan menjadi dua kali.
“Petani di Sumba Tengah sudah memanen jagung dan sedang mempersiapkan lahan untuk menanam tanaman padi dan palawija,” kata Umbu.
Umbu pun mengapresiasi kinerja petani dan penyuluh serta kehadiran mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa yang mendampingi petani dalam pengembangan kawasan Food Estate di Sumba Tengah.
Pada kesempatan yang sama, Umbu pun menjelaskan tantangan petani saat ini adalah hadirnya belalang kembara alias Locusta migratoria yang menyerang sekitar 30 hektar lahan pertanian di kabupaten Sumba Tengah. Belalang ini dikenal sebagai jenis yang persebarannya paling luas di dunia.
Serangga pemakan rumput ini banyak tempat, dari sungai, stepa, lingkungan danau, hingga gurun. Bila gerombolan mereka menyerang suatu wilayah, maka tanaman di wilayah tersebut menjadi terancam. Panjang tubuh belalang antara 3,5 hingga 5,5 centimeter. Sayapnya berwarna kusam. Warna tubuh secara keseluruhan bervariasi satu dan lain belalang, ada yang hijau, cokelat, hijau kekuning-kuningan, atau abu-abu.
Belalang bisa membahayakan sawah padi, kapas, gandum, gandum hitam, jelai, oat, sorgum, hop, kedelai, kentang, tembakau, kubis, timun, semangka, melon, bunga matahari, hingga buah-buahan.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi sangat prihatin melihat kondisi ini, ia pun memutuskan meninjau langsung salah satu lahan persawahan Desa Wailawa Kecamatan Katikutana Selatan.
“Hewan ini bisa dimakan manusia. Belalang biasa dimakan di Gunung Kidul, Provinsi DIY. Selain itu hama tinggi protein ini sangat cocok digunakan untuk pakan hewan ternak seperti bebek, itik, ayam. Dalam 100 gram belalang kering mengandung protein kasar 2 persen; lemak kasar 0,8 persen; karbohidrat 0,74 pesen; serat kasar 1,7 persen. Intinya, belalang kembara punya nilai nutrisi tinggi”, jelas Dedi.
Dedi pun menyatakan,saat terjadi teror belalang sepertininu mustahil untuk memakan belalang itu semuanya. Karena jumlah belalang datang terlalu banyak. Untuk itu perlu dilakukan antisipasi lebih awal. Kementan telah memiliki gugus tugas pengendalian belalang, bekerjasama dengan IPB, UGM, Undana serta beberapa perguruan tinggi mitra lainnya.
“Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hama belalang ini, antara lain dengan melakukan biocontrol dengan menyemprotkan penyakit (patogen insect) pada serangga dilahan yang terserang hama, kenali karekteristik lahan lalu harus dilakukan monev yang ketat sehingga daerah yang belum terkena serangan hama akan aman. Dan langkah konkrit yang mudah dilakukan adalah mengolah belalang sebagai sumber protein yang dapat dikonsumsi masyarakat selain untuk pakam ternak”, papar Dedi.
Selaku Kepala BPPSDMP, Dedi menyatakan akan mengerahkan penyuluh pertanian, petani dan POPT serta mahasiswa Polbangtan untuk bersama-sama masyarakat mengatasi masalah ini. Ia pun mengajak seluruh insan pertanian di Kepulauan Sumba untuk mengambil peluang dari wabah ini dengan menjadikan belalang sebagai peluang usaha.
“Ini peluang usaha, petani dapat memanfaatkan ini untuk menjadi ladang penghasilan. Libatkan petani milenial untuk memanfaatkan peluang ini”, ajak Dedi dihadapan Kadistan.
Dalam kunjungan tersebut hadir Kepala BBPP Kupang, Kepala SMKPP N Kupang, perwakilan dari Polbangtan Malang, perwakilan dari Pusat Pendidikan Pertanian, perwakilan dari Pusat Penyuluhan Pertanian serta beberapa penyuluh pertanian dan alumni Polbangtan.
Penulis: Nurlaily