Kota Jambi, Oerban.com –Tak terasa, Januari tahun 2021 akan segera berakhir. Masih terasa riuh awal tahun Kemarin, di berbagai platform sosial media para warganet beramai-ramai mengucapkan harap agar kondisi tahun ini menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. Ya, tahun 2020 lalu, tepatnya bulan Maret. Kondisi wabah pandemi yang tak pernah diperkirakan oleh sebagian besar warga dunia, menjadi kenyataan yang mau tak mau harus dirasakan semua orang.
Tak terhitung berapa jumlah korban jiwa akibat pandemi, jumlah tenaga kesehatan yang gugur serta kerugian akibat lumpuhnya roda ekonomi yang berefek pada sejumlah pelaku usaha. Namun, belum lagi Januari ini selesai berbagai berita menyedihkan satu persatu hadir di tanah air. Jatuhnya pesawat Sriwijaya air SJY182 di perairan kepulauan seribu pada 9 Januari lalu, membuka deretan berita duka di awal tahun 2021.
Merupakan pesawat penerbangan domestik Jakarta-pontianak yang membawa 62 penumpang terdiri dari 6 kru dan 56 penumpang. Sejak berita jatuhnya pesawat hingga dinyatakan resmi diberhentikan pencariannya pada 18 Januari, terhitung Selasa, (19/01) hanya 40 orang yang berhasil diidentifikasi. Selang beberapa waktu, berbagai kejadian bencana alam turut mewarnai diantaranya :
Gempa Sumedang
Peristiwa gempa yang menyebabkan bencana longsor di Sumedang terjadi pada 9 Januari tepatnya di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung. Mengutip Kompas.com (9/1/2021) longsor terjadi akibat tingginya intensitas hujan sejak siang hari.
Material longsoran menimpa 14 rumah yang ada di bawahnya hingga mengalami rusak berat. Di dalam rumah tersebut diduga ada 12 jiwa yang turut tertimbun.
Banjir Kalimantan Selatan
Banjir setinggi lutut orang dewasa menggenangi sebagian jalan protokol di kota Banjarmasin hingga (18/01) di jalan Ahmad Yani, km 3-7, jalan klayan, dan permukiman warga di kelurahan Sungai Lutut, Banjarmasin.
Gempa Sulbar
Dilansir dari beberapa sumber, gempa Sulbar ini merupakan sebuah gempa darat berkekuatan 6,2 Mw yang melanda pesisir barat Pulau Sulawesi, Indonesia pada tanggal 15 Januari 2021, pukul 02.28 WITA. Pusat gempa berada di 7 km timur laut Majene, Sulawesi Barat dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di sebagian besar bagian barat Pulau Sulawesi hingga pantai timur Kalimantan.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan 56 orang meninggal dunia, 47 orang di antaranya berasal dari Kabupaten Mamuju. Sementara itu, korban luka berat sebanyak 12 orang, 200 orang luka sedang dan 425 orang luka ringan. Kerusakan terjadi pada sejumlah bangunan di antaranya Maleo Town Square, toko, swalayan, sekolah, dan Rumah Sakit Mitra Manakarra yang ambruk, serta bagian depan kantor Gubernur Sulawesi Barat. Kantor mencari pemandu lalu lintas di Bandar Udara Tampa Padang dan Rutan Mamuju juga dikabarkan mengalami kerusakan.
Awan panas Semeru
Dikutip dari kompas.com, Saat kejadian pada (17/01) Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran (APG) sejauh 4,5 kilometer.
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG), guguran awan panas (APG) sudah terjadi sejak 1 Januari 2021.
Erupsi Merapi
Dikutip dari laman Tirto.id, guguran lava pijar Gunung Merapi terjadi sebanyak 36 kali dengan jarak luncur maksimum 1500 meter ke barat daya berdasarkan pengamatan pada Minggu (17/1/2021) pukul 00.00 hingga 06.00 WIB.
Selama periode pengamatan itu, menurut BPPTKG, Gunung Merapi juga mengalami 43 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-23 mm selama 12-188 detik dan enam kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-5 mm selama 5-8 detik.
Gunung Merapi tampak jelas hingga kabut 0-III. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah. Hingga saat ini masih berstatus SIAGA.
Dari beberapa kejadian tersebut, tahun 2021 tampak diawali dengan sesuatu yang begitu mendebarkan, tak hanya kejadian alam, kematian beberapa orang ulama dan kejadian yang tak terekam menambah sejumlah deretan catatan duka di tahun 2021. Tentu saja, mengambil sikap untuk tidak berlarut-larut dalam duka bukan menjadi pilihan yang tepat.
Editor : Renilda Pratiwi