email : [email protected]

23.6 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

CALON TUNGGAL DAN HILANGNYA JIWA KEPEMIMPINAN PEMUDA

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda. (Tan Malaka).

Apa yang dikatakan Tan Malaka tentang betapa berharganya sebuah idealisme adalah benar adanya, dengan tidak tertanamnya idealisme di dalam hati pemuda, maka kita tidak akan pernah melihat sendiri apa itu perubahan.

Belajar dari sejarah, ada banyak pemuda idealis yang mampu membawa perubahan besar, salah satunya adalah Soekarno. Ya, Soekarno adalah manusia yang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, tapi apa yang identik dengan sosok beliau? Tentunya kita semua tahu jika soekarno adalah salah satu sosok yang ambisius jika sudah berkeinginan, terbukti dari salah satu tulisan berbobot Soekarno yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”

Tulisan itu berisikan pemikiran besar Soekarno, bagaimana tidak, ia mampu menguraikan tentang bagaimana ideologi Islam dan Marxis bisa berjuang bersama, yang mana kedua ideologi ini jelas-jelas bertentangan jika dilihat dari segi manapun, namun soekarno tak pernah menyerah dan berhenti untuk percaya jika hal itu akan terjadi.

Lalu setelah Indonesia merdeka, ada banyak sekali pemuda Idealis yang tak gentar menyuarakan kebenaran walau nyawa adalah harga yang harus di bayar dari itu semua. Idealisme yang tertanam pada Soekarno dan pemuda-pemuda zaman penjajah, berhasil menghantarkan Indonesia pada kebebasan berbangsa dan beragama, begitu pun juga dengan mereka yang berjuang sesudah merdeka, yang mampu menghantarkan Indonesia pada kebebasan berpendapat (Reformasi).

Sebelum sampai ke tahap pemilihan ketua, ada banyak sekali proses panjang yang begitu melelahkan, bukan hanya bagi pengurus, tapi juga anggota biasa, karena sejatinya mereka lah yang sedang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. Tapi, begitu terkhianati proses panjang tersebut jika pemilihan hanya berlangsung monoton.

Baca juga  Pergerakan Pemuda Indonesia di Belanda

Jika benar terjadi, hal itu seharusnya menjadi tamparan keras bagi para pengurus, fenomena calon tunggal adalah sebuah kegagalan fatal dalam menjalankan roda organisasi. Setidaknya, ada 3 hal yang menjadi penyebab fenomena ini sering terjadi.

1. Pragmatis: Redupnya idealisme seorang pemuda adalah salah satu penyebabnya, ada banyak orang yang mampu untuk menjadi pemimpin, namun lebih banyak dari mereka yang lebih memilih untuk tidak terjun dalam struktural kepengurusan. Tidak percaya diri, enggan menghadapi masalah-masalah yang menyulitkan, dan minimnya rasa cinta terhadap organisasi menjadi penyebabnya.

2. Kepentingan Suatu Golongan: Tak bisa dipungkiri jika setiap organisasi punya kepentingan tersendiri, dan dalam hal ini, senior punya peran penting untuk menjaga agar hal itu tetap berbanding lurus dengan atasan. Siapapun yang tidak sejalan dengan kepentingan tersebut, biasanya akan dipangkas dari struktural, dengan alasan yang terkadang tak sampai di logika manusia.

3. Minimnya SDM Yang Berkualitas: Sebab terakhir ini adalah alasan paling normal untuk memaklumi. Namun evaluasi-evaluasi harus terus dilakukan, karena besar kemungkinan jika minimnya SDM adalah sebab kegagalan para pengurus sebelumnya.

Lalu apakah semua pemimpin yang terlahir dari calon tunggal memiliki kapasitas rendah? Tentunya tidak, sejarah mencatat jika Rasulullah adalah calon pemimpin tunggal Madinah kala itu, dan kepiawaiannya dalam memimpin membuat dakwah Islam menjadi subur, dari tangannya juga lahir generasi penerus yang hebat, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali R.A yang semuanya adalah pemimpin.

Penulis: Rama P

Editor: Renilda PY

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru