email : [email protected]

29.6 C
Jambi City
Kamis, April 18, 2024
- Advertisement -

Cerpen: Gadis Nadir Bersimbah Kirana Kartika (Bagian 6)

Populer

Penulis: Ghina Syauqila

Hadiah? Elea terketuk. Tapi yang utama, bukan hadiah itu. Melainkan… ayahnya sampai menangis. Memangnya ia setega itu membiarkan ayahnya menangis karena mengkhawatirkan dirinya? Lagipula taman dekat rumah. Itu taman bermain kecil yang dulu sering Elea kunjungi semasa kecil. Sepintas, di kepalanya, ia mengenang masa-masa ciliknya saat bermain di sana. Udara malam yang menyejukkan, rembulan purnama penuh yang menggelar gemerlap pendar keperakannya, serta bunyi derit rantai ayunan kuning tua yang catnya mulai mengelupas. Memorinya dengan sangat mendetail menyajikan penggambaran itu.

Kendati selama dua hari ia mogok bicara, Elea bukan orang yang tega membiarkan orang lain sampai menangis karena khawatir padanya, untuknya. Seluruh permukaan hatinya yang sensitif tetap dijejaki empati yang besar. Maka di sinilah ia, bersama sang ayah. Duduk di ayunan tua di tengah-tengah taman. Elea merapatkan jaket beludru ungu pastelnya.

“El, Ayah ingin Elea tahu bahwa apa yang didapatkan dengan cara yang instan dan cepat, akan instan dan cepat pula hilangnya, Nak. Orang-orang yang berproses itulah yang memiliki nilai diri yang berharga dan awet, yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang hanya tahu instan,” langsung menjurus pada intisarinya, sang ayah memulai percakapan.

“Ayah juga ingin mengatakan bahwa Ayah sangat bangga pada putri Ayah yang selalu bertahan dan berkembang dalam prosesnya yang panjang. Tentu berproses itu tidak mudah, Nak. Pasti melelahkan. Tapi percayalah, apa yang akan Elea dapatkan dari proses yang panjang adalah buah yang sangat manis dan berkualitas, yang hanya layak dimiliki oleh orang-orang berdaya juang seperti Elea. Berani dan bersabar untuk tetap jujur itu adalah nilai yang sangat berarti dan langka di masa sekarang, tapi Elea berhasil melakukannya, maka yang pantas Elea dapatkan hanyalah kemenangan dan kesuksesan yang nyata, bukan yang palsu, semu, dan sekejap mata. Nak, realitanya, kemenangan dan kesuksesan yang nyata untuk Elea itu telah tiba. Mereka ada di sini…” tiba-tiba sang ayah mengeluarkan sekotak kado.

Baca juga  Hanyut Terombang Kepasrahan

Elea yang tadi telah meleleh dan buncah air matanya karena mendengar wejangan sang ayah, buru-buru menyeka pipi. Kemenangan dan kesuksesan yang nyata itu… ada di kotak ini?

“Ambillah, Nak. Dekaplah kemenangan dan kesuksesan yang nyata ini.”

Dilihatnya sang ayah tersenyum penuh makna, memberikan Elea keyakinan untuk membuka kotak kado itu. Sesaat setelah membukanya, tangis Elea kembali meremang. Ada dua amplop tebal di dalamnya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru