Muaro Bungo, Oerban.com – Kuamang Kuning merupakan salah satu daerah trans dari beberapa daerah yang ada di Provinsi Jambi, terletak di kabupaten Muaro Bungo. Masyarakat di desa Kuamang Kuning memiliki penghasilan utama dari perkebunan, terutama Kelapa Sawit, dan sebagai lainnya berkebun Karet secara minoritas. Permasalahan-permasalahan yang sering terjadi adalah limbah tandan kosong kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit yang biasanya hanya dibakar sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan masyarakat sebagai alat untuk pakan ternak dan bahan bakar. Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit dengan kadar mencapai 5.5% atau setara dengan 0,05 ton merupakan cangkang kelapa sawit yang memiliki kandungan utama Silikon Oksida (SiO2) 58,02%; Al2O3 8,7%; CaO 12,65%; Fe2O3 2,6%; Na2O 0,41%; MgO 4,32%; K2O 0.72%; H2O 1,97%; serta hilang pijar 8.59%. Lebih dari itu abu cangkang kelapa sawit mengandung unsur K 7,5%; Ca 1,5%; Cl 1,3%; CO3 1,9%; Mg 2,8%; Na 1,1%, N 0.05%; PO4 0,9% dan SiO2 61%.
Potensi kandungan ini disebagian besar masyarakat belum memiliki pengetahuan bahwa abu tandan kosong dan cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembangun deterjen. Ditambah lagi saat ini masyarakat lebih memilih deterjen yang dijual di pasaran. Deterjen yang dijual di pasaran pada umumnya mengandung bahan pembangun STPP (Sodium Tri Poly Phosphate) yang dapat membentuk eutrofikasi di permukaan air yang menyebabkan hewan di dalam air tidak mendapatkan oksigen dan STTP menyuburkan tanaman gulma aceng gondok yang menyebabkan danau kekeringan bahkan bisa berubah menjadi daratan.
Melihat kondisi tersebut, sebagai alternatif, tim Dosen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi yang diketuai oleh: Intan Lestari, dan beranggotakan Diah Riski Gusti, Nindita Clourisa Amaris Susanto, dan Indra Lasmana Tarigan, melakukan pelatihan kepada masyarakat melalui proram Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Saintek UNJA, dalam mengolah abu cangkang kelapa sawit menjadi zeolite 4A sebagai builder dalam deterjen. Deterjen dengan bahan pembangun zeolite 4A ini ramah lingkungan karena zeolite 4A sebagai pembangun zeolite 4A dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman palawija. Menurut Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si selaku ketua tim pengabdian, bahwa zeolit 4A dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman palawija. Lebih jauh lagi zeolit dapat dibuat dengan menggunakan limbah abu cangkang kelapa sawit melalui proses yang mudah, mudah, dan sederhana berupa reaksi hidrotermal dalam suasana basa. Dengan demikian pemanfaatan abu sekam padi untuk sintesis zeolite 4A sebagai pembangun deterjen selain mengatasi masalah lingkungan juga dapat dikembangkan menjadi usaha sampingan bagi keluarga melalui pembuatan deterjen bubuk dan krim yang ramah lingkungan dengan bahan pengisi/zat pembangun zeolite 4A dari abu cangkang kelapa sawit.
Program ini diawali dengan komunikasi dan kerjasama antar tim Dosen Kimia, Fakultas Saintek, Universitas Jambi dengan masayarakat di Desa Kuamang Kuning Kabupaten Bungo melalui Kepala Desa, kemudian menyepakati waktu pelatihan. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2020 bertempat di Balai Desa Kuamang Kuning Kabupaten Bungo dari pukul 09.00 pagi sampai dengan selesai. Acara diawali dengan kata sambutan dari Kepala Desa, dan Ketua Tim Pelaksana, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi potensi abu cangkang kelapa sawit sebagai pembangun deterjen oleh Indra Lasmana Tarigan,S.Pd., M.Sc, dilanjutkan dengan diskusi dan sesi coffe break. Setelah itu masyarakat diminta untuk praktek langsung membuat deterjen berbasis abu cangkang kelapa sawit dengan bahan-bahan sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh tim. Kegiatan berjalan dengan lancar dan seru, karena masyarakat berperan aktif dan merasakan kebermanfaatan program ini.
Program ini diharapkan menjadi stimulus awal bagi masyarakat untuk bisa memberdayakan potensi cangkang kelapa sawit menjadi beberapa produk turunan, dan salah satunya sebagai deterjen. Program ini juga menjadi langkah awal koordinasi dan komunikasi antara dunia kampus dengan masyarakat, sehingga tidak ada lagi gap diantara keduanya.