Palestina, oerban.com – Sebagai salah satu pilar kepentingan publik dalam situasi perang bersenjata, jurnalis memiliki peran yang sangat vital sebagaimana diatur dalam hukum Humaniter internasional yang menyebutkan bahwa tujuan jurnalis untuk melayani kepentingan publik. Atas dasar tersebut jurnalis yang sedang menjalankan profesinya di negara yang sedang berkonflik dianggap sebagai orang sipil. Namun peraturan tersebut tidak serta merta membuat jurnalis menjadi aman tanpa gangguan.
Muath Amarneh (32) misalnya, harus kehilangan mata kirinya saat menjalankan tugas sebagai jurnalis video yang meliput aksi protes di desa Surif dekat Hebron, Kamis (21/11) lalu. Dilansir dari Republika.co.id Muath mengalami kebutaan pada sebelah matanya akibat tembakan dari penembak Israel.
Pada Selasa kemarin pasca terkena peluru, Muath telah menjalani operasi kritis. Dokter berhasil menghilangkan sisa mata kirinya. Namun, para dokter tidak dapat melepaskan pecahan peluru dari kepalanya karena berisiko tinggi bagi kehidupannya.
Kondisi ini memicu perhatian dunia. Dalam media sosial instagram terdapat lebih dari 1000 postingan foto masyarakat dunia tentang aksi solidaritas untuk Muath dengan tagar #muatheye dengan tangan yang menutupi salah satu bagian mata. Dalam banyaknya postingan tersebut, terdapat pula orang-orang Indonesia yang ikut serta melakukan aksi serupa dan tak hanya berasal dari golongan jurnalis.
Salah satu akun @prmprynt seorang mahasiswa Palembang turut memposting fotonya dengan membubuhkan caption yang cukup panjang berisi kecaman terhadap tindakan tentara Israel tersebut. “Campaign ini harusnya membuat kita kembali sadar dengan teringat bahwa diluar sana, saudara-saudara kita yang sedang menderita, dibantai, ditindas habis-habisan oleh musuh umat ini di tanah mereka sendiri” tulisnya.
Fenomena ini mengukuhkan bahwa rasa humanisme masyarakat masih tinggi. Lebih dari itu, kitapun dapat turut serta menyebarkan informasi ini melalui media sosial masing-masing untuk memberitahu kondisi Palestina dengan fakta yang ada, berdonasi maupun turut serta mendoakannya. Sebab tak harus jadi muslim untuk peduli pada Palestina, cukup jadi manusia saja.
Penulis: Novita Sari
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini