Kota Jambi, Oerban.com – Terdengar abstrak ya, sahabat. Filsafat yang merupakan aliran pemikiran tertentu, seringkali diasumsikan sebagai sesuatu yang jauh dari kehidupan manusia, atas dasar pemahaman filsafat yang terlalu kaku, hanya dipelajari oleh orang-orang zaman dahulu, hingga realisasi yang tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Tapi jangan salah loh sahabat, manusia bisa melakukan apapun dengan apa yang ada dipikirannya, sehingga kekuatan pikiran menjadi salah satu bagian yang penting dalam hidup kita.
Siapapun tentu ingin hidup bahagia, tapi semakin dewasa kita semakin disadarkan bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu terjadi demikian. Salah satu aliran filsafat yang bisa membantu kita untuk terus berpikir positif dan bahagia adalah filsafat stoikisme. Di Indonesia, tentang filsafat ini telah terangkum dalam buku filosofi teras karya Hendry Manampiring.
Kita sering berasumsi bahwa bahagia adalah kondisi dimana kita bisa mengendalikan kondisi tertentu, padahal, tidak semua bisa berjalan sesuai apa yang kita inginkan. Beberapa hal yang sudah jelas tidak di bawah kendali kita misalnya, kondisi kita lahir, jenis kelamin, etnis, orang tua juga cuaca, bencana alam dan respon orang lain.
Dalam buku filosofi teras, hal -hal seperti reputasi, kekayaan, serta kesehatan juga tak berada di bawah kendali kita sepenuhnya. Kita bisa berusaha untuk hidup sehat atau menjadi kaya raya. Namun, tak ada apapun yang bisa menjamin kita selamanya bisa sehat dan kaya. Yang bisa kita kendalikan adalah pertimbangan (judgment), opini kita, keinginan kita, tujuan kita, serta segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri dan bagi filsuf stoa, menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan tidak rasional.
Masih sulit dipahami? Oke baiklah. Secara sederhana praktik filsafat ini dapat dimulai dengan belajar menerima masa sulit, misalnya saat sahabat diputusin oleh pacar. Ada perasaan negative, kesal, marah dan jengkel, menurut filsafat ini, sahabat perlu belajar dengan menerima kondisi ini. Bebaskan diri dari emosi negatif, cobalah cari apa yang jadi kesalahan, untuk selanjutnya tidak diulangi lagi dalam hubungan selanjutnya.
Kedua tidak perlu cemas menghadapi segala ketidakpastian dalam hidup. Segala ketidakpastian sering membuat kita cemas, hingga menjauhkan diri dari ketentraman, dalam filsafat ini kita diajarkan untuk menerima segala keadaan serta fokus terhadap apa yang bis akita lakukan sekarang. Terakhir, kita perlu memimpin diri kita sendiri, dalam hal ini kita diajarkan untuk tegar menghadapi kegagalan karena kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Filsafat stoikisme juga menitikberatkan hidup menjadi dua bagian, internal dan eksternal. Kita hanya perlu berfokus pada diri kita, apa respon dan apa yang bisa kita lakukan terhadap suatu masalah. Nah, dengan begitu, kita tidak lagi terus-menerus menyalahkan takdir, membandingkan diri dengan orang lain, dan segala aspek negative yang ada. Meski terlihat mudah, dalam menerapkannya kita juga butuh usaha dan belajar terus-menerus loh sahabat.
Editor : Renilda Pratiwi Yolandini