Gaza, Oerban.com – Lebih dari 500 orang tewas dalam serangan udara Israel di sebuah rumah sakit di Gaza, juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra mengkonfirmasi kepada Anadolu Agency (AA) pada hari Selasa 17/10/2023 malam.
Husam Abu Safeya, kepala dokter untuk MedGlobal, sebuah organisasi non-pemerintah yang berbasis di Chicago, mengutip rekannya Husam Abu Safeya, seorang dokter yang bekerja di Gaza utara mengatakan: “Kami tidak dapat menangani sejumlah besar kematian dan cedera. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak yang tidur di rumah sakit. Kami memperkirakan lebih banyak rumah sakit akan terserang bom. Tidak ada tempat yang aman di Gaza.”
Rekaman menunjukkan mayat-mayat berserakan di halaman rumah sakit.
Baca juga: Gempar! Bocah Muslim Berusia 6 Tahun Tewas dalam Serangan Islamofobia AS
“Ratusan korban masih berada di bawah reruntuhan,” kata seorang juru bicara seperti dikutip oleh French Press Agency (AFP).
Kantor media pemerintah Hamas Gaza menggambarkan serangan itu sebagai kejahatan perang.
“Rumah sakit itu menampung ratusan orang sakit dan terluka, dan orang-orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena serangan lain,” kata sebuah pernyataan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan tiga hari berkabung menyusul serangan udara mematikan di sebuah rumah sakit di Gaza.
“Apa yang terjadi adalah genosida. Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera campur tangan untuk menghentikan pembantaian ini. Diam tidak lagi dapat diterima,” kata sebuah pernyataan dari Organisasi Pembebasan Palestina dalam menanggapi serangan itu.
Baca juga: Emir Qatar dan Menlu AS Bahas Palestina-Israel
Sementara itu, tentara Israel, pada bagiannya, mengatakan laporan tentang kemungkinan serangan udara di rumah sakit masih dalam peninjauan.
Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, mengatakan dia belum memiliki semua informasi, dan rincian lebih lanjut akan diberikan bila memungkinkan, menurut surat kabar The Times of Israel.
Juru bicara itu mengatakan bahwa dia belum tahu apakah ledakan di rumah sakit itu adalah serangan Israel.
Kelompok Palestina Hamas menyebut penargetan Israel terhadap rumah sakit itu sebagai genosida.
Serangan udara itu terjadi pada hari ke-11 dalam konflik saat ini, dengan paduan suara internasional yang berkembang dari kelompok-kelompok non-pemerintah dan para pemimpin dunia mengatakan kampanye pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung – termasuk fasilitas kesehatan, rumah, dan rumah ibadah – melanggar hukum internasional dan mungkin merupakan kejahatan perang.
Sekitar 3.000 orang tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak perang meletus pada 7 Oktober.
Lebih dari 1.400 orang di Israel telah tewas.
Sebelumnya pada hari Selasa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Israel menyerang layanan kesehatan di Gaza 41 kali sejak 7 Oktober.
“Sejak 7 Oktober, ada 41 serangan terhadap layanan kesehatan di Gaza yang terkonfirmasi. Sebanyak 11 petugas kesehatan tewas saat bertugas aktif, dan 16 lainnya terluka. Ketika serangan berlanjut, angka-angka ini kemungkinan akan meningkat,” kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic, Selasa, dalam menanggapi pertanyaan oleh Anadolu Agency (AA) tentang keadaan perawatan kesehatan di Gaza.
Mengekspresikan keprihatinan atas situasi ini, Jasarevic mengatakan bahwa rumah sakit di wilayah tersebut bergulat dengan jumlah pasien yang luar biasa, mendorong kapasitas mereka hingga batasnya.
Secara terpisah, badan PBB yang mendukung pengungsi Palestina mengatakan enam orang tewas ketika salah satu sekolahnya yang menampung keluarga pengungsi terkena, selama serangan udara Israel.
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menyebut pemboman di kamp pengungsi Al-Maghazi, juga di Gaza tengah, “keterlaluan” dan memperingatkan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.
“Sekali lagi ini menunjukkan pengabaian mencolok terhadap kehidupan warga sipil. Tidak ada tempat yang aman di Gaza lagi, bahkan fasilitas UNRWA,” tambahnya.
Sumber: Daily Sabah