Kota Jambi, Oerban.com – Media sosial digemparkan dengan seruan aksi oleh sejumlah mahasiswa Universitas Jambi. Dimulai pada Rabu, 03 Juni 2020 pukul 14.00 WIB s.d. 16.00 WIB. Seruan aksi ini menuntut ketidakadilan birokrasi di tengah wabah yang menyerang seluruh tatanan kehidupan, terutama bidang pendidikan.
Alih-alih mahasiswa pindah kuliah di twitter dan instagram. Seruan aksi media sosial tersebut dilanjutkan lagi pada pukul 19.00 WIB s.d 21.00 WIB. Seketika hashtag, #UNJALagiBuntu #RektorUNJATutupMata menjadi menjadi viral di media sosial twitter dan Instagram.
Berdasar pantauan oerban.com di Instagram, adapun tuntutan mahasiswa Unja berupa keringanan biaya pendidikan, di tengah peliknya ekonomi masyarakat yaitu, (1) mendesak Universitas Jambi untuk memberikan bantuan subsidi pulsa ataupun paket data kepada mahasiswa, (2) jika poin pertama tidak dilaksanakan, menuntut Universitas Jambi untuk memberikan keringanan pembayaran UKT sebesar 30% kepada seluruh mahasisa Universitas Jambi, (3) menuntut Universitas Jambi memberikan keringanan pembayaran UKT sebesar 50% kepada seluruh mahasiswa Universitas Jambi yang hanya mengontrak skripsi, (4) menuntut Universitas Jambi yang lebih banyak memberikan tugas ketimbang materi perkuliahan.
Hingga kini, belum ada keputusan rektor mengenai kebijakan : keringanan biaya kuliah untuk mahasiswa. Tentunya hal ini akan berdampak negatif pada mahasiswa yang keluarganya terdampak covid-19.
Yasin, mahasiswa jurusan ekonomi islam Universitas Jambi mengungkapkan kesulitan yang dihadapi selama pandemi ini. “Kalau ditinjau dari segi ekonomi, jujur saja keluargaku terdampak, karena Bapakku kerja sebagai satpam, awalnya gajinya 2 juta dan sekarang hanya 1 juta, terlebih tidak ada pekerjaan pendukung lainnya. Terkait bantuan korban terdampak, kami juga tidak dapat. Besaran UKT Rp. 3.250.000, sewa kos setahun 3 juta dibayar di muka ditambah biaya bulanan 150 ribu/ bulan. Belum lagi biaya 2 adik yang masih sekolah. Aku harap biaya UKT dapat diturunkan. Apakah pihak universitas tidak memikirkan, memang pihak univ perlu gaji, makan dan pemasukan. Tapi, tolong pikirkan lagi bukan hanya kalian yang memerlukan makan dan mencukupi kebutuhan keluarga. Kami para mahasiswa memiliki beban yang sama dan bahkan mungkin ada yang lebih beran bebannya dibanding kalian semua,” Ungkapnya pada oerban.com via WhatsApp. (4/6)
Pun, Menurut Andi Mardiansyah, mahasiswa FKIP Universitas Jambi, jika UKT tidak diturunkan pastinya banyak mahasiswa yang kebingungan mencari biaya bisa-bisa memilih cuti. “Saya hanya mengharapkan penghasilan dari seorang Ibu dan membantu Ibu bekerja di kebun. Belum lagi sejak pandemi panen turun dan harga pangan melonjak. Saya salah satu mahasiswa yang mendapatkan pembayaran UKT yang besar, saya sangat keberatan, bahkan bisa jadi karena masalah ini membuat beberapa mahasiswa berpikiran untuk cuti kuliah terlebih dahulu, daripada memaksakan keadaan”.
Selaras dengan Andi, Anisa Rahmi, mahasiwa teknik industri pertanian, mengatakan jika UKT tidak turun sebagian mahasiswa memilih tidak melanjutkan kuliah. “Menurut say ajika UKT tidak turun saat pendemi ini, mungkin sebagian mahasiswa ada yang tidak bisa melanjutkan kuliahnya karena keterbatasan biaya, belum lagi semester ganjil pasti mahasiwa banyak yang ingin membayar kos”.
Harap Rifqi, mahasiswa FIB Universitas Jambi, pihak kampus dapat memberikan keringanan UKT. “Ditakutkan dengan keadaan seperti ini dan perekonomian yang merosost ini, banyak yang putus kuliah, jika pihak kampus tidak mengambil tindakan yang bijaksana. Jadi saya berharap dengan pihak kampus agar memberikan keringanan UKT terhadapa mahasiswa agar mahasiswa bisa terus melanjutkan pendidikannnya,” tutup Rifqi. (*SR)
Editor : Siti Saira. H