email : [email protected]

25 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

KELESUAN PEMUDA PATOLOGI BAGI BONUS DEMOGRAFI

Populer

Terlebih dampak globalisasi juga sarat pengaruhi iklim dan kultur akademis. Banyak pemuda terjangkit virus malas membaca, tidak suka diskusi, sukar menulis dan sebagainya. Tapi justru maniak game online seperti: Point Blank, Mobile Legends, PUBG Mobile, HAGO, Garena Free Fire, Garena AOV, Clash Of Clans (COC), Pokemon GO dan Line Let’s Get Rich. Ya, realitas seperti ini hanya akan menciptakan pemuda yang tidak produktif, alergi dunia politik, tidak biasa berpikir kritis, lemah kepemimpinan, miskin gagasan, minim kontribusi, individualis dan berbagai penyakit pemuda lainnya.

Seperti pribahasa melayu, “Awak tak pandai menari, dikatakan laintai terjungkat”. Ya, bukan waktunya lagi mempersalahkan keadaan. Karena memang begitulah kehidupan. Sudah saatnya, stagnasi pemikiran ini harus segera di akhiri, generasi lemah ini harus segera di amputasi, sebelum semuanya terlambat dan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana penggalan lirik lagu kebanggaan aktivis mahasiswa, “Marilah kawan, mari kita kabarkan, di tangan kita tergenggam arah bangsa”. Memang tak dapat dipungkiri, bahwa pemuda adalah pewaris masa depan, di tangan pemuda akan di tentukan nasib sebuah bangsa.

Sama-sama kita ketahui, Indonesia adalah negara berkembang, tercatat sebagai negara nomor empat penduduk terpadat di dunia. Berdasarkan buku “Proyeksi Penduduk 2010-2035”, Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan kisi-kisi bahwa penduduk Indonesia di tahun 2035 di proyeksi sebesar 305, 6 juta jiwa. Namun ada kabar baiknya, bahwa seiring meningkatnya angka populasi penduduk tersebut, Indonesia juga diprediksi akan menerima bonus demografi antara tahun 2020-2030. Kondisi dimana usia produktif lebih unggul ketimbang usia non produktif. Puncak dari bonus demografi terjadi pada tahun 2030. Ketika kondisi penduduk usia produktif mencapai 70% (15-64 tahun), dan penduduk non produktif sebanyak 30% (dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas).

Tetapi fenomena bonus demografi ini, ibaratkan dua mata pisau, sebab di satu sisi akan membawa berkah, namun di sisi lain justru akan mendatangkan musibah. Peningkatan jumlah usia produktif secara signifikan dapat membawa berkah apabila dapat dikelola dengan baik. Pun sebaliknya bisa jadi musibah tatkala gagal dalam mengelolanya.

Dalam tulisan kali ini, membaca bonus demografi tidak menggunakan persfektif negara, tapi dengan perspfektif kaum muda. Pemuda adalah tonggak sebuah peradaban. Sudah sepatutnya sadar akan tantangan besar di masa depan. Kecemasan, keresahan dan kegamangan akan menyambut bonus demografi harus dimiliki oleh kaum muda. Agar menjadi pelecut semangat untuk terus mengupgrade kapasitas diri. Terutama pemuda muslim. Kenapa? Karena Indonesia adalah negara penduduk muslim terbesar di dunia.

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru