Jakarta, Oerban.com – Pemerintah Indonesia akan meleburkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadi satu dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Hal tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna DPR pada Jumat (9/4/2021).
Menanggapi hal itu, anggota komisi II DPR RI, Mardani Ali Sera, melihat jika peleburan dua kementrian sebagai sikap inkonsistensi dari pemerintah. Selain itu, dia juga menyoroti soal nasib program dan karyawan yang pasti akan berdampak pada kinerja.
“Menyedihkan karena pemerintah seakan sedang ‘tari poco-poco’ untuk bab riset dan teknologi,” Ujar Mardani prihatin, Senin (12/4).
Padahal, lanjutnya, pemerintah punya kewajiban menjamin tiap orang untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi serta turut memajukannya. Yang merupakan amanat dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnas IPTEK).
Terlebih saat ini, di tengah pandemi yang masih belum jelas kapan usainya, Mardani menyebutkan pemerintah seharusnya menyadari peranan penting riset dan teknologi.
“Ketika pandemi, negara maju berbondong-bondong menginvestasikan dana untuk riset agar menjadi yang terdepan dalam menangkap peluang-peluang besar. Before Covid dan After Covid, situasi yang mesti disadari pemerintah. Artinya banyak sekali peluang terbuka,” Ungkapnya.
“Tapi ketika 2020 kemarin, anggaran Kemenristek justru salah satu yang dipotong paling besar. Padahal sekitar 80% dana penelitian serta pengembangan kita berasal dari APBN, sedangkan 20% dari industri. Jauh berbeda dengan Singapura maupun Korea Selatan yang di mana 80-84% berasal dari industri,” Sambung Mardani.
Politisi PKS itu meyakini jika dengan dukungan anggaran dari negara, vaksin Merah Putih akan lebih cepat terwujud. Sebab banyak ilmuan dan anak muda luar biasa yang dapat dimaksimalkan, oleh karena itu negara harus memberikan kesempatan dan dukungan.
“Jangan sampai ilmuwan Indonesia banyak ‘hijrah’ bukan karena nasionalisme rendah, namun karena abainya pemerintah. Alih-alih mengakomodasi mereka untuk meneliti, justru menghapus kementerian ristek ini,” Tuturnya.
Di samping kinerja ilmuwan, Mardani juga menyoroti perihal beban kerja luar biasa yang akan ditanggung kelak oleh Kemendikbud. Dirinya mengaku pesimis, sebab Programme for International Student Assessment (PISA) indonesia masih rendah.
“Masih jadi problem karena nilai PISA kita yang masih rendah, liternasi numerasi pengetahuan umum juga msh rendah. Lagi-lagi menunjukkan, pemerintah masih trial and eror di tahun yang ke 7,” Pungkasnya.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini